Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Berbagi itu indah

Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir STAI Al Fithrah Sby

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Syaikh Ahmad Asrari Al-Ishaqy tentang Hakikat dan Macam-Macam Ruh Ala Sufi

11 Maret 2021   12:21 Diperbarui: 11 Maret 2021   12:40 4739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dakta.com

2.  Arwah yang dianugerahi kenikmatan

Arwah yang dilimpahkan nikmat oleh Allah (Arwah al-Muna’amah) adalah arwah yang dianugerai kenikmatan, bebas, tidak terpenjara, bisa saling bertemu, saling berkunjung, serta saling berdiskusi tentang sesuatu yang terjadi pada penduduk dunia. Oleh karena itu, setiap ruh bersama dengan teman sejawatnya yang memiliki amal yang sama dengannya. Sementara ruh Nabi Muhammad saw maka, ruh beliau bersama perkumpulan yang paling mulia dan luhur.

Pada bagian ini adalah kebalikan dari arwah pada bagian yang pertama di mana arwah pada bagian pertama adalah golongan kiri sementara yang pada bagian yang kedua ini adalah golongan kanan, mereka ta’at pada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَداءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيقاً (69) 

Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu, Nabi-Nabi, Para Shiddiqin, Orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh dan mereka itulah teman yang terbaik” (Q.S al-Nisa’: 69)

Adapun maksud dari ayat di atas ialah melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi larangan Allah dan juga Rasul-Nya. Sehingga, orang yang demikian itu akan ditempatkan oleh Allah di tempat paling mulia. Ia akan bersama orang-orang yang memiliki derajat yang tinggi yakni orang-orang pilihan Allah swt dari para Nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid serta bersama orang-orang mukmin yang saleh baik dhahir maupun batin. Syaikh Wahbah Zuhaili juga menyebutkan bahwa maksud dari “al-Siddiqin” di sini yaitu orang yang benar baik dari segi ucapan maupun keyakinanya kepada Allah. Sementara “al-Salihin” adalah orang yang baik, yang mana kebaikannya lebih menyeluruh dari pada kejelekannya (Wahbah Zuhaili, t.th: 142).

Orang yang ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya akan bersama mereka di tempat yang satu dan nikmat yang satu, mereka saling bergembira karena langsung hadir bersama orang-orang pilihan Allah tersebut. Bukan karena derajat yang sama akan tetapi karena saling berziarah satu sama lain sebagaimana dilakukan di dunia.

Dalam ayat lainnya Allah swt menyebutkan arwah bagian yang kedua ini dengan sebutan yang lembut “Nafs al-Mut}hmainnah” yakni jiwa yang tenang sebagaimana dalam surat al-Fajr ayat 27-30 “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaku-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku”.

Syaikh Zamakhsyari (t.th: 752) dalam tafsirnya “al-Kasyaf ’an Haqaiqi Gawamid al-Tanzil” menjelaskan bahwa maksud dari “Muthmainnah” pada ayat tersebut yaitu jiwa yang tidak ada keraguan, ketakutan dan kesedihan di dalamnya. Menurut beliau, panggilan tersebut akan sampai pada seorang hamba entah pada waktu nyawanya dicabut, pada hari kebangkitan atau ketika hendak masuk ke dalam surga.

Lalu, apakah hubungannya antara ayat ini yang jika diamati ialah dengan menggunakan lafal “Nafs” yang bermakna jiwa. Sementara Syaikh Ahmd Asrari al-Ishaqi r.a menampilkan ayat ini pada pembahasan “Arwah”? Tentu, untuk menjawab permasalahan ini yaitu dengan mengacu pada kitab-kitab ulama’ tafsir. Tetap dalam tafsir “al-Kasyaf”, Syaikh Zamakhsyari juga menyebutkan bahwa ada juga ulama’ yang memaknai lafal “Nafs” dengan “al-Ruh” sehingga yang dimaksud dengan “Fadkhuli  fi Ibadi” yaitu masuklah (arwah-arwah) tadi kepada jasad para hamba Allah swt.

Senada dengan Syaikh Zamakhsyari, yaitu Imam Qisyairi dalam tafsirnya, beliau juga mencantumkan pendapat yang mengatakan bahwa maksud dari “Nafs al-Muthmainnah” adalah “Ruh al-Sakinah” yaitu ruh yang tenang. Jadi, dapat kita pahami bahwa ualama’ tafsir tafsir bebeda pendapat dalam menafsiri lafal “al-Ruh” ada yang mengartikan “jiwa” dan ada yang mangartikannya dengan “al-Ruh” itu sendiri sehingga, ayat ini juga dijadikan rujukan dalam menjelaskan macam arwah yang kedua oleh Syaikh Ahmad Asrari Al-Ishaqi r.a.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun