Pendahuluan
     Tan Malaka, lahir di Sumatera Barat pada tahun 1897, adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang dikenal dengan berbagai kontroversi. Meskipun hidup dalam pelarian dan ancaman penangkapan, ia tetap menjadi tokoh yang ditakuti oleh kolonialis Belanda karena semangat kemerdekaannya yang tak kenal henti. Di penjara, Tan Malaka menghasilkan banyak tulisan kritis, termasuk buku fenomenal "Gerpolek" (Gerilya, Politik, dan Ekonomi), yang menolak perundingan dengan kolonialis dan mengajukan strategi perang gerilya. Sayangnya, kontribusinya sering diabaikan dalam buku pelajaran sejarah dan PPKn, sehingga banyak generasi muda yang tidak mengenalnya. Artikel ini berusaha membedah gagasan-gagasan Tan Malaka, terutama dari "Gerpolek", dan melihat bagaimana nilai-nilai nasionalismenya dapat diimplementasikan dalam era globalisasi untuk menjaga kedaulatan dan kesejahteraan bangsa. Tan Malaka, seorang pemikir revolusioner Indonesia, menawarkan pandangan nasionalisme yang mendalam dan komprehensif. Pemikirannya tentang kemandirian ekonomi, keadilan sosial, dan identitas budaya memberikan landasan yang kuat untuk membangun nasionalisme yang kokoh di era globalisasi. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana sikap nasionalisme Tan Malaka dapat direpresentasikan dan diterapkan dalam konteks globalisasi saat ini.
Metode Penelitian
     Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah studi literatur dan analisis kontekstual. Studi literatur dilakukan dengan menelusuri karya-karya Tan Malaka, terutama "Madilog", serta literatur lain yang relevan tentang nasionalisme dan globalisasi. Analisis kontekstual dilakukan untuk memahami bagaimana tantangan-tantangan globalisasi saat ini dapat dihadapi dengan prinsip-prinsip nasionalisme yang diusung oleh Tan Malaka. Data dan informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menggali makna dan relevansinya.
Hasil Penelitian
     Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Tan Malaka tentang nasionalisme masih sangat relevan dalam menghadapi tantangan globalisasi. Beberapa temuan utama meliputi:
- Kemandirian Ekonomi: Tan Malaka menekankan pentingnya kemandirian ekonomi sebagai dasar kemerdekaan. Dalam era globalisasi, ini dapat diadaptasi dengan memperkuat industri lokal, inovasi teknologi, dan daya saing global tanpa kehilangan kedaulatan ekonomi.
- Keadilan Sosial: Pemikiran Tan Malaka tentang kesadaran kelas dan keadilan sosial relevan untuk menghadapi kesenjangan ekonomi yang diperbesar oleh globalisasi. Perlindungan hak-hak pekerja dan pemerataan ekonomi menjadi kunci penting.
- Identitas Budaya: Arus globalisasi mengancam keberagaman budaya dan identitas nasional. Nasionalisme Tan Malaka yang mendorong kebanggaan terhadap identitas nasional dapat diwujudkan melalui pelestarian budaya lokal dan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan.
- Solidaritas Internasional: Semangat internasionalisme Tan Malaka dapat diterapkan dalam kerjasama internasional yang adil dan mendukung gerakan global untuk keadilan dan perdamaian.
Pembahasan
     Pemikiran Tan Malaka menyediakan kerangka kerja yang kuat untuk merespons tantangan-tantangan yang dihadirkan oleh globalisasi. Kemandirian ekonomi yang ditekankan oleh Tan Malaka dapat dilihat sebagai upaya untuk melindungi dan memperkuat ekonomi nasional dari dominasi ekonomi global yang tidak adil. Ini bisa dicapai dengan kebijakan ekonomi yang mendukung produksi lokal dan inovasi teknologi yang berbasis pada potensi dan kebutuhan domestik.
     Keadilan sosial, sebagai salah satu prinsip utama Tan Malaka, sangat relevan dalam konteks globalisasi yang sering kali memperlebar kesenjangan antara kaya dan miskin. Dengan mengadopsi pendekatan yang berorientasi pada keadilan sosial, negara dapat memastikan bahwa manfaat globalisasi dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
     Dalam hal identitas budaya, globalisasi sering kali membawa homogenisasi budaya yang mengancam keberagaman lokal. Nasionalisme Tan Malaka mengajarkan pentingnya melestarikan identitas budaya sebagai bagian dari perjuangan nasional. Melalui kebijakan yang mendukung pelestarian budaya lokal dan pendidikan kebangsaan, identitas nasional dapat dijaga dan diperkuat.