Penyemprotan disinfektan kepada orang, sudah beredar foto maupun video saat WNI turun dari pesawat terbang, satu persatu disemprot. Namun, informasi terbaru dari badan PBB yang menangani Kesehatan, WHO melalui twitter WHO Indonesia melarang penyemprotan disinfektan yang diarahkan ke tubuh orang.
Merebak bilik disinfektan di setiap wilayah
Dari mulai pembuatan sederhana hanya dengan bambu dan sekelilingnya dengan plastik sampai dengan baja ringan. Hal inipun tidak sedikit yang membuka peluang usaha pembuatan bilik disinfektan.
Efektifkah Bilik Disinfektan
Seperti penjelasan diatas, penjelasan dari WHO terkait semprot disinfektan yang mengenai tubuh, maka akan sejalan dengan bilik disinfektan yang otomatis saat orang masuk ke dalam bilik tersebut maka akan terkena bagian tubuhnya yang tidak tertutup baju.
Penulis mencoba melempar informasi viral dari WHO ke grup alumni SMA yang beranggotakan berbagai profesi dari dosen IPB, dokter sampai perangkat desa.
Menurut dosen IPB syaefudin, Jawaban tentang penggunaan bilik desinfeksi atau yg di kenal dengan CHAMBER.
1 . Dari literatur ( WHO ) tidak direkomendasikan karena tidak berdampak positif tetapi justru cairan cairan yg digunakan seperti alkohol , clorin , H2O2 membahayakan dua tahun kedepan ( karsinogenik ) , dan sampai saat itu gak ada cairan apapun yg di rekomendasikan. Petugas datang :
- Cukup cuci tangan dan
- menggunakan masker
- untuk pulang staf klinis mandi
- bersih, ganti baju
2. Pendapat dari komite PPI RS Harapan kita sama , tidak menganut bilik atau CHAMBER ( menggunakan literatur WHO)
3. Pendapat dari komite PPI RSCM sama seperti RS harapan kita
Perhimpunan pengendalian infeksi Indonesia ( PERDALIN ) , kemarin sudah bahas hal diatas dengan kementrian kesehatan, tidak lama lagi akan dijadikan bahan materi penyusunan regulasi.
Dirinya menambahkan bahwa tetap yang lebih efektif sebenarnya dengan sering cuci tangan dengan sabun di air mengalir. Sedangkan chamber, selain boros juga rentan masuk ke saluran pernapasan dan bisa menyebabkan keracunan.
Dengan berkembangnya media sosial yang cepat sekali, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowopun ikut berkomentar tentang bilik disinfektan. Berikut obrolan Pak Ganjar yanf dishare di WA Grup
[30/3 18:56] Gub Ganjar Pranowo: Masukan utk penyemprotan:
1. Kalau bs dihindari krn bersifat karsinogenik (kalau terhirup bs menyebabkan kerusakan/kanker)
2. Kalau hrs dilakukan, kadar disinfektan hrs diukur dalam dosis aman (diukur ahli)
3. Disemprot ke benda (ruang hrs kosong): tempat yg sering dipegang
4. Tdk boleh disemprotkan ke org/hewan
5. Min 4 jam setelah semprot baru boleh dimasuki (kalau itu ruangan)
[30/3 19:02] Sugeng Riyanto: Sdh kita minta utk stop dulu stlh dpt share Bapak pg td. Nuwun
[30/3 19:03] Gub Ganjar Pranowo: Ganti ngelap/ngepel tempat umum saja
[30/3 19:04] Sugeng Riyanto: Injih Bapak.. Akan kami teruskan.. 🙏🏽
Sekolah Farmasi ITB Bersuara
Berdasarkan beredarnya chamber bilik Disinfektan, maka Sekolah Farmasi ITB perlu mengedukasi masyarakat tentang Disinfektan. Menurut tim ITB, disinfeksi didefinisikan sebagai penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh kuman/mikroba (bakteri, jamur, dan virus) yang terdapat di permukaan benda mati (non-biologis, seperti pakaian, lantai, dinding).
Yang berbahaya, Inhalasi gas klorin (Cl2) dan klorin dioksida (ClO2) dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran perrnafasan. Penggunaan larutan hipoklorit pada konsentrasi rendah secara terus menerus dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan iritasi kulit dan kerusakan pada kulit.
Cairan kimia kloroksilenol (bahan aktif cairan antiseptik komersial) yang juga digunakan sebagai salah satu disinfektan untuk bilik disinfeksi dapat meningkatkan resiko tertelan atau secara tidak sengaja terhirup oleh hidung.
Prioritaskan Cuci tangan pakai Sabun
Kesimpulannya, sekolah farmasi Institut Teknologi Bandung menyarankan bahwa sousi aman untuk pencegahan pemaparan covid-19 saat ini sesuai rekomendasi WHO adalah dengan cuci tangan menggunakan sabun (minimal 20 detik), mandi serta mengganti pakaian setelah melakukan aktivitas dari luar atau dari tempat yang terinfeksi tinggi, serta menerapkan physical distancing (minimal 1 meter).
Lukmanul Hakim, KBC-05
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H