Sobat Kompasiana yang semangat menulis
Pernyataan kontroversi seringkali menjadi jalan untuk menjadi sensasi. Sekelas profesor tentunya sudah bisa menimbang dan menakar apa yang disampaikan akan berdampak positif maupun negatif. Seorang praktisi pendidikan di Kampus tentu memiliki keahlian beretorika dalam berucap, namun bisa saja lidah tak bertulang, suatu saat dia akan keseleo juga. Apapun alasannya, ucapannya telah menuai kontroversi dan menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.
Ucapan musuh terbesar Pancasila adalah Agama, menunjukkan yang mengucapkan itu tidak tahu Pancasila. Mungkin dia hafal pancasila dari Sila Satu sampai Lima, namun tidak memahami kandungan isinya. Bukankah Pancasila adalah manifestasi dari Agama, koq malah menganggap bahwa Agama adalah Musuh Pancasila. Aneh Memang..
Logikanya jelas tidak dipakai oleh Sang Kepala BPIP, bukankah Agama Lahir sebelum Pancasila ? Bukankah orang yang menyusun rumusan Pancasila adalah orang-orang beragama
Sepertinya kepala BPIP perlu ditatar lagi P4 yakni Pedoman,Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, agar tahu sejarah Pancasila dan memiliki pola pikir dan nalar yang benar. Sila kesatu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi bukti bahwa ada nilai-nilai keagamaan pada Pancasila. Bahkan bukan hanya sila kesatu, sila kedua sampai sila kelima pun kalau ditakar dengan nilai agama akan sinkron.
Jadi untuk apa Kepala BPIP membenturkan pancasila dengan Agama ? Untuk Sensasikah ?Â
Kalau melihat profilnya sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga dan serentetan jabatan hebat serta titelnya yang tinggi, sepertinya orang ini lagi ngigau, atau mau lempar ucapan kontroversi ke media, lalu setelah ramai diperbincangkan, ia akan gunakan jurus ngeles mengeles untuk membela diri bahwa yang dimaksud agama disini adalah mereka yang beragama namun suka membuat teror atau teroris, ISIS dan sejenisnya. Penulis yakin itu, Sang Kepala BPIP akan menggunakan alasan tersebut untuk pembelaan diri atas pernyataannya.
Hal ini mengundang komentar dari pejabat lain, tidak ketinggalan Pimpinan MPR RI yang mengkritik Kepala BPIP yang baru dilantik 5 Februari 2020 ini. Bahwa contohlah Bung Karno sebagai simbol tokoh nasionalis  yang tidak pernah membenturkan antara Pancasila, agama dan negara. Menurutnya, yang perlu dilakukan BPIP mestinya membumikan Pancasila, bukan menghadapkan Pancasila dengan agama.
Mestinya Kepala BPIP mendengarkan petuah dari Presiden Jokowi saat dirinya dilantik 5 Februari 2020
Berhentikan Kepala BPIP !
Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas pun angkat bicara terkait pernyataan kontroversional Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ( BPIP ) Prof. Yudian Wahyudi yang mengatakan bahwa musuh terebesar pancasila adalah agama. Sekjen MUI dengan tegas mengatakan, kalau itu memang benar keluar dari mulut pejabat sekelas kepala BPIP, maka Presiden JOKOWI harus segera memberhentikannya dari jabatan.
Kalau tidak ada pernyataan minta maaf atau menarik kembali ucapannya, maka lebih baik dicopot, daripada menggaji kepala BPIP yang justru hanya pemecah belah bangsa, lebih baik anggaran dialokasikan kepada rakyat yang kurang mampu di negeri ini.Â
Selama ini juga, sepertinya BPIP itu tidak ada peranannya dalam memahamkan masyarakat terhadap Pancasila, malah seringkali melempar bola panas dengan statemen yang kontroversi.
Kalau menurut sumber Wikipedia, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (disingkat Kepala BPIP) adalah unsur pimpinan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi BPIP. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala BPIP memperhatikan arahan dari Ketua Dewan Pengarah. Kepala BPIP diberikan hak keuangan dan fasilitas lainnya setingkat menteri. Besaran hak keuangan Kepala BPIP adalah Rp76.500.000,'. (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Kepala_Badan_Pembinaan_Ideologi_Pancasila )
Woow..luar biasa gajinya, fasilitaspun setingkat menteri namun eksistensinya selama ini tidak terlihat, mungkin kepala BPIP yang baru ini ingin menunjukkan eksistensinya terlebih dahulu agar mendapat perhatian dari masyarakat dan media. Wallah A'lam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI