Pangkalpinang --- Bukan rahasia umum lagi, jika seorang Kepala Desa merupakan "orangnya" petinggi di sebuah kabupaten. Dengan fakta berderet yang diamini oleh sebagian besar pengamat kebijakan publik, faktanya tiap desa merupakan lumbung suara bagi petahana jelang Pilkada Daerah, kulminasinya saat merengkuh jabatan pada periode kedua, Selasa 7 Februari 2023.Â
Rotasi Jabatan Di Pemkab Bangka Bangka Disinyalir Antisipasi Dari Status Terperiksa Kades KTW?
Banyak contoh di berbagai pelosok negeri ini. Betapa eratnya jalinan simbiosis mutualisme antara seorang Bupati dan Kepala Desa. Mulai dari sejak saat Bupati memenangkan kontestasi Pilkada, sampai mobilisasi suara jelang petahana ikut Pilkada periode kedua dalam situasi mempertahankan hegemoninya di daerah tersebut. Akan tetapi beda halnya, ketika sang Kades akhirnya benar-benar terbukti secara hukum dan tak mampu berkelit lagi oleh fakta hukum yang ada.Â
Dengan kalkulasi politik timses Bupati, biasanya Bupati menilai hal ini justru akan menimbulkan citra tidak baik, biasanya timses akan merekomendasikan ke Bupati.untuk segera menonaktifkan Kades tadi sebelum akhirnya mencopot untuk diganti dengan sosok lain yang lebih manut serta bisa diatur.Â
Sementara itu, dari berbagai frame liputan sepanjang 2013-2023 ini. Dalam catatan wartawan, setidaknya ada dugaan invisible hands yang berasal dari meja Bupati. Pertama, saat wartawan mengungkap dugaan kasus korupsi di kawasan pesisir timur pulau Bangka. Ketika itu, dalam pemeriksaan di Kejaksaan negeri setempat, Kades sudah terus terang mengaku soal belum dibuatnya LPJ Dana Desa, serta ada beberapa item dalam penggunaan Dana Desa tersebut yang tidak transparan. Informasi ini didapatkan langsung dari pihak penyidik Kejari. Namun setelah dua kali mengalami pemeriksaan di kantor Kejari negeri tersebut, sepintas terlihat beberapa kali ada utusan Bupati yang berkunjung ke Kejari tadi seraya membawa "pesan" berupa dua bundel map warna biru tua yang langsung diserahkan ke bagian Intelijen Kejari tadi.Â
Dua minggu berturut-turut pasca kunjungan utusan Bupati tersebut, Kades beserta tingkahnya yang masuk kategori penyalahgunaan anggaran ternyata adem ayem saja menjabat serta bertahta di desanya tersebut. Tak pelak lagi counter attack pada diri wartawan yang berusaha mengungkap indikasi pemborosan anggaran, dugaan penyalahgunaan Dana Desa hampir Semiliar menerjang bagai air tersumbat dilepas tutupnya. Deras, mengejar kemanapun kaki wartawan melangkah, serta punya segudang pasukan "tak terlihat". Sinyalemen ini bisa diklarifikasi oleh beberapa warga desa tersebut yang awalnya mereka begitu yakin sang Kades akan terjungkal jatuh oleh pengungkapan fakta ke publik, lambat laun mereka para warga desa tadi, akhirnya berbalik sekuat tenaga berusaha menyelamatkan nyawa wartawan dari incaran maut yang berasal dari balik meja Kades.Â
Mulai dari penghadangan di jalan menuju keluar desa, sabotase kendaraan wartawan, hingga ikut campurnya makhluk supranatural dalam usahanya mencelakai hidup wartawan. Suatu sore sehabis meliput soal renovasi tribun lapangan sepakbola setempat, wartawan yang melihat hari sudah mulai gelap memutuskan untuk melanjutkan liputan keesokan harinya. Saat berjalan kearah mobil, dan membuka pintu depan, wartawan dikejutkan dengan duduk manisnya seekor ular kobra hitam di jok kiri depan. Ular tadi dalam posisi setengah berdiri dengan moncong menghadap ke pintu yang dibuka oleh wartawan, ketika gelagat dilihat akan berakibat fatal, wartawan langsung segera menutup pintu dan lari ke rumah teman di desa tadi. Sampai di rumah teman, ternyata sudah masuk waktu sholat maghrib. Dengan berusaha tenang, wartawan meminta izin pada tuan rumah untuk sholat di rumahnya. Barulah setelah selesai sholat, wartawan berani menceritakan kejadian aneh tadi.
Saat Kades Dibuat Impunity Dari Telepon Bupati, Awak Media Jadi Sasaran Serangan Balik
Sesudahnya, ditemani tiga orang wartawan balik lagi ke mobil sewaan yang diduga masih berisi ular didalamnya. Anehnya sewaktu pintu kanan depan dibuka, ular tadi sudah dalam posisi dibawah jok mobil dan perlahan merayap turun tanpa terlihat tanda ingin menyerang seperti sebelumnya. Teman yang seorang ini, coba untuk menangkap ular hitam sepanjang 3 meter jenis kobra. Tapi ular tadi seperti bukan ular biasa, sesudah ada diatas tanah ular tadi seperti menghilang tanpa bekas apapun. Kami bertiga cuma bisa istighfar dan seorang teman lagi menaburkan garam dapur ke sekeliling bangku mobil. Tak lupa memberi sebilah kayu hutan yang mereka bilang bisa mengusir hewan jenis ular. Sambil tak putus berdoa, wartawan melajukan mobil pulang ke arah rumah. Di perjalanan, di sebuah tikungan angker, ada sosok tinggi hitam yang berdiiri di seberang jalan dan tangan kanannya terlihat menunjuk kearah wartawan. Wajahnya tak terlihat, cuma warna hitam saja yang sempat diingat. Apalagi dalam kondisi shock habis dimasuki ular tadi. Sampai rumah, dua hari berikutnya, wartawan mengalami sakit psikosomatik atau sakit karena beban psikologis. Beruntung ada tetangga mertua yang paham situasi tersebut dan membawa temannya yang bersedia memulihkan kondisi jiwa dan fisik wartawan yang kena hajar akibat diduga serangan Kades.Â
Itulah sekelumit pengalaman meliput soal penggunaan Dana Desa di sebuah wilayah di pesisir timur pulau Bangka. Selain di pesisir timur, ada juga kisah liputan yang punya pemeran utama sama, yakni Kades, namun kali ini ada di pesisir selatan pulau.Â
Bertemu Dengan Sosok Kades Berperilaku "Mafia"Â
Awalnya wartawan mendapat informasi soal adanya praktek penyerobotan lahan yang dilakukan oleh korporasi jenis sawit pada lahan warga disana. Menimbang bahan liputan kali kni adalah korporasi sawit serta ada beberapa nama oknum institusi tertentu, wartawan tarik kesimpulan harus diliput secara teamwork. Tidak bisa One Man Show seperti sebelumnya. Analisa ini belakangan terbukti, tatkala team turun investigasi ke lapangan. Sampai disana, bukan cuma pendukung Kades saja yang menolak kehadiran wartawan, parahnya semua perangkat desa kompak sudah menyiapkan diri untuk menghadapi team yang datang. Rencana team untuk menginap di rumah salah satu kontak kami, terpaksa dibatalkan demi keselamatan semua anggota team. Esok harinya, wartawan punya ide untuk melibatkan aparat hukum dalam investigasi ke kantor Kades. Sayangnya, setelah dua tiga kalimat berkomunikasi dengan dua komandan aparat hukum disitu, Kades terkesan sudah "menggenggam" komandan beserta anggota mereka. Â
Team sempat putus asa, selain tentunya rasa tidak nyaman pada penyandang dana logistik investigasi. Setelah berembuk, diputuskan untuk meneruskan dengan strategi menyamar sebagai warga penambang di pesisir pantai disitu. Setelah bisa lolos, maka disepakati cuma wartawan dan kontak di desa itu yang meneruskan masuk kedalam wilayah Kades. Agak ngeri-ngeri sedap juga rasanya. Apalagi infonya Kades memelihara sejumlah tukang pukul bayaran di wilayahnya. Konyol jadinya kalau sampai penyamaran sebagai warga penambang tersingkap saat berada dalam kawasan desa. Tapi untungnya, dua hari berada di desa dan beralasan kaki wartawan terkena duri di tempat penambang, wartawan sedikit demi sedikit bisa mengumpulkan bahan soal dugaan penyimpangan yang dipraktekan oleh Kades.Â
Mulai dari pungli akte kelahiran, pembangunan pasar desa yang asal jadi, hingga aktivitas jual beli lahan warga dengan harga murah ke korporasi sawit. Perlu dicatat, praktek jual beli lahan ini sempat dibantu liputannya oleh seorang teman yang bekerja sebagai kontributor televisi nasional. Setelah sepakat, maka ada narasi wartawan yang akhirnya bisa tayang dibacakan sebagai script berita oleh reporter televisi tersebut. Setelah liputan televisi tadi tayang, bisa diperkirakan, kubu Kades tentu murka luar biasa. Mereka tidak habis pikir, bagaimana mungkin rahasia desa yang menurut mereka sudah mati-matian dipendam dengan cara menakut-nakuti warga dengan preman bayaran, kok bisa muncul juga? Di televisi nasional lagi. Kaki tangan Kades segera bekerja mencari sumber kebocoran rahasia Kades tersebut, satu persatu warga ditanyai langsung oleh Kades dan antek-anteknya.Â
Melihat perkembangan situasi tidak menguntungkan, wartawan yang dalam posisi menginap di rumah kontak tadi secara diam-diam pergi keluar dari kawasan desa di pesisir selatan pulau Bangka tersebut. Malam jam 10an mobil wartawan yang berisikan empat penumpang berhasil mengelabui kaki tangan Kades yang berjaga-jaga di pintu keluar desa arah ke ibukota kabupaten di selatan pulau. Mereka bisa terkecoh karena selama berada di desa, wartawan dan temannya selalu bilang berasal dari ibukota kabupaten tadi, akhirnya mereka pikir kalau pun mau keluar desa pasti lewat gerbang yang selatan. Apalagi rombongan yang lain bareng dengan rombongan televisi nasional lewat gerbang selatan. Tapi kami semua tahu, mobil wartawan yang melewati gerbang utara lah yang sebenarnya dicari oleh mereka.
Bukan Cuma Preman, Kades Punya Jaringan pula di Tubuh Oknum Institusi
Setelah lolos dari kejaran kaki tangan Kades, wartawan akhirnya sampai dengan selamat sampai di rumah. Cuma dua hari saja rasa tenang diperoleh wartawan diberikan Kades -konon kabarnya tidak terima dengan pemuatan informasi soal desanya- yang dari orang dekat Kades akhirnya ancamannya sampai ke telinga wartawan. Malamnya, saat sedang bercengkrama dengan keluarga. Hape wartawan berkedip-kedip lampu layarnya, menandakan ada panggilan masuk bukan dari daftar buku telepon. Sewaktu dijawab salam oleh wartawan. Jawaban yang terdengar berupa pekikan seorang penyanyi rock yang hilang nada merdunya. Teriakan, bentakan, sumpah serapah, makian dan ancaman berdesakan keluar dari speaker hape wartawan. Merasa keamanan keluarganya dalam pengawasan orang suruhan Kades. Terpaksa keluarga wartawan sementara diungsikan ke rumah mertua.Â
Esok paginya, barulah wartawan berani meladeni ajakan bertemu dari orang suruhan Kades. Namun lazimnya tukang teror yang bernyali selembut tahu bandung, titik koordinat bertemu di Kantin Markas Kepolisian mentah-mentah ditolak oleh peneror nyali banci tadi. "Kau pikir aku bodoh ya mau kau ajak bertemu disitu, hah!!?" umpat si nyali bombay. Wakakakak. Baru saja kehilangan jati diri di telepon, peneror mendapat serangan balik berupa pelacakan posisi IMEI hapenya dari aplikasi yang tertanam di ponsel wartawan. Dalam bentang layar aplikasi disebutkan posisi si banci galak tadi berada di kawasan Sumatera Selatan. Skrinsut segera dikirim ke aplikasi instan telegram punya peneror (WA wartawan di-block duluan). Setelah dapat kado manis tersebut, sesudahnya nomor peneror tadi mendadak layu alias tidak aktif.Â
Next chapter : Kisah Pelabuhan Jeti Senilai 800 Juta di Muara Desa Kurau (*)Â
Bersambung ...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI