Mohon tunggu...
Luki Aulia
Luki Aulia Mohon Tunggu... -

Ditempatkan di desk luar negeri membuat gregetnya sebagai wartawan makin tampak. Tidak pernah menemui kesulitan saat harus bertugas ke luar negeri karena penguasaan bahasa Inggrisnya baik. Maklum, pada masa kecil ia pernah tinggal di Amerika Serikat bersama orangtuanya yang sedang menuntut ilmu. Sebagai jurnalis, ia pernah ditugaskan di Bali dan Makassar. Kembali dari daerah, di Jakarta ia ditugaskan di desk yang ada sangkut pautnya dengan seni, budaya, dan pertunjukkan. Ia semakin produktif menulis setelah ditempatkan di desk luar negeri. Dari pengalamannya itulah ia ingin berbagi pengalaman dan pandangan di Kompasiana ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

'Ibu, Jangan Kau Berkecil Hati'

30 Agustus 2012   14:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Emma pandai mengolah suara dan mencipta lagu, Hakim (10) pandai berceramah dan berdakwah. Panggilan atau permintaan untuk berceramah, berdatangan dari berbagai instansi Pacitan.

Anak berkebutuhan khusus tunadaksa yang kini kelas tiga di sekolah yang sama dengan Emma itu, telah diajari berdakwah oleh neneknya, Ismi, sejak usia tujuh tahun.

Ismi yang pensiunan guru, selalu membantu mencarikan materi-materi isi ceramahnya dari berbagai sumber. Karena kerap tampil di muka publik, Hakim duduk di atas kursi rodanya dengan percaya diri saat membacakan doa di hadapan para menteri dan Presiden.

"Simbah yang ajari doa. Mau jadi ustadz. Mau tentara tapi tidak punya kaki sama tangan," jawab Hakim pendek-pendek, saat menjawab pertanyaan dari Menteri Linda Amalia Sari.

Anak pertama dari tiga bersaudara itu tinggal di Pacitan, Jawa Timur, hanya dengan neneknya. Agar Hakim tidak minder karena kondisi tubuhnya yang tidak sempurna, Ismi selalu menggendong anak itu ke mana-mana.

Namun belakangan, kata Ismi, ia sudah tidak kuat lagi menggendong Hakim. Akibatnya, kini Hakim lebih sering berada di rumah. Guru pun kini didatangkan ke rumah. Padahal sebenarnya Hakim tidak mau.

"Sebenarnya dia tidak mau. Komentar Hakim, sekolah kok sendiri. Ia maunya belajar bersama anak-anak lain," kata Ismi.

Hal yang kerap membuat Ismi sedih adalah ketika Hakim meminta bertemu dengan kedua orangtuanya, yang selama ini tinggal di Bekasi. Hakim sengaja dititipkan oleh kedua orangtuanya, karena kata Ismi, mereka minder dengan kondisi fisik Hakim.

Baik ayah mauupun ibu Hakim tidak pernah menengok anaknya di Pacitan. Ismi-lah yang harus membawa Hakim ke Bekasi saat liburan sekolah.

"Dulu pernah Hakim tinggal dengan orangtuanya tapi tidak pernah keluar rumah. Kasihan. Akhirnya sama saya di kampung," cerita Ismi.

Ketika acara usai pun, Hakim dengan suara keras dan menangis, tidak mau diajak pulang neneknya ke Pacitan. Ia ingin pulang ke rumah orangtuanya dan tinggal bersama ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun