Mohon tunggu...
Lukianto Suel
Lukianto Suel Mohon Tunggu... Freelancer - Biasa, tak ada yang istimewa

Menulis itu seperti berbicara tanpa lawan...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ruhku, Ruhmu, Ruh kita

2 Maret 2024   23:59 Diperbarui: 3 Maret 2024   01:55 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepasang kaki itu sudah teramat tua,

namun masih memiliki ketegaran

Sedang sepasang lainnya masih memiliki cinta

Mereka berjalan disebuah jalinan lama

Yang pernah terjadi

Sesaat telapak tangan Sang Cinta

Menempel didada Sang Tegar.. dan bertanya

“ Masih adakah aku disini?..”

Masih Cinta,

Dia duduk disamping ruh utamaku

menyelimuti aku dengan cintamu

Dijaga didelapan penjuru oleh delapan ruhku yang lain

Dan jika ruhku berangkat memenuhi panggilanNya

Dia akan kubawa menuju surgaNya

Jemari sang Cinta

menarik telapak tangan Sang Tegar, kedadanya

Sang Tegar bertanya

“Masih adakah aku disini?”

Masih Sang Tegar

Dia duduk disamping ruh utamaku

menyelimuti aku dengan cintamu

Dijaga didelapan penjuru oleh delapan ruhku yang lain

Dan jika ruhku berangkat memenuhi panggilanNya

Dia akan kubawa menuju surgaNya

Dua pasang telaga berkecipak halus di duapasang mata

Saat pelukan angin mengantarkan pesan dari Sang Maha Pemberi Kabar

“Masih adakah kuasaKU yang tak kalian terima?”

Sebuah pelukan

Yang hangat,dibalik kabut yang memutih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun