Hadir di Tengah Konflik
Dengan usianya yang sudah menginjak 31 tahun, Irfan memang akan dianggap sebagai contoh bagi rekan-rekannya untuk bermain profesional.Â
Terlebih ia harus membangkitkan kepercayaan Slemania dan Brigata Curva Sud (BCS), pendukung PSS Sleman, yang belakangan cukup marah kepada manajemen.
Sebabnya, manajemen mencopot Seto Nurdiantoro dari kursi pelatih tanpa alasan jelas. Padahal di bawah asuhan Seto, PSS tampil apik.
Musim 2018, PSS sukses menjuarai Liga 2 dan berhak promosi ke Liga 1. Di Liga 1, mereka mengakhiri musim di peringkat ke-8, posisi yang baik untuk sebuah tim promosi.
Tak sampai di situ, rupanya pelatih yang menggantikan Seto adalah Eduardo Perez Moran, sosok yang sebenarnya merupakan pelatih kiper. Ia pernah menjadi pelatih kiper timnas di era Luis Milla.
Kekisruhan ini sempat meramaikan jagat media sosial. BCS menggaungkan tagar #BCSMelawan dan merilis pernyataan terkait kekecewaan mereka pada manajemen. Mereka pun mengancam memboikot seluruh laga PSS Sleman.
Padahal daya tarik pertandingan PSS Sleman, khususnya di kandang, adalah kreativitas suporternya yang luar biasa di tribun. Dengan rencana aksi boikot itu, tentu bisa berpengaruh terhadap mental tim.
Entah ini benar atau sekadar alasan untuk menciptakan situasi kondusif di tubuh klub. Sebab yang jelas musim baru tidak lama lagi akan bergulir.
Tentu akan lebih elok rasanya jika mengawali musim dengan baik dan didukung langsung oleh suporter fanatiknya di Stadion Maguwuharjo, kandang kebanggaan masyarakat Sleman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H