Mohon tunggu...
Lukas Budi
Lukas Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Biografometrik Nusantara

Biografometrik Nusantara (grafonomi,deteksi kebohogan, tes integritas, )

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sohibku Seorang "Pelukis"

7 Oktober 2021   19:00 Diperbarui: 7 Oktober 2021   19:22 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu sore sohibku datang ke rumahku  naik sepeda, turun dari sepeda dan hanya  mengucapkan   “ibukku meninggal” , kemudian pulang ,sohibku tidak dengan mudah mengekspresikan kesedihannya. 

Aku melayat dan ikut mempersiapkan kebaktian penguburannya. Semenjak kejadian ibunya meninggal, sohibku ini jarang pulang kerumah, dia  main dari satu teman ke teman lainnya. 

Setelah masa dukanya berlalu, aku sering memberikan dorongan  dan semangat untuk mengembangkan bakat melukisnya sambil untuk  menghibur dia.

 Pada suatu waktu tanpa  diduga atau memberikan kabar  lebih dulu,  Sohibku datang ke rumahku  dengan membawa gulungan kertas,setelah  kubuka adalah suatu lukisan dengan cat air, aku memandang lukisan itu sungguh terkesan dan yang paling menarik bola mata dari lukisan tersebut Nampak hidup, mengngagumkan. 

Beberapa hari kemudian ibuku membelikan  pigura, oleh ibukku dipasang didinding rumah Sambil mengucapkan terima kasih, Peristiwa ini saya ceritakan kesohibku tetapi reaksinya biasa biasa saja , tidak nampak kegembiraan.

Setelah lulus SMA sohibku bertekat tidak ingin menjadi seorang pelukis,  ia melanjutkan studinya ke kota Solo,  untuk meneruskan cita citanya supaya dapat menjamin secara finansial untuk masa depannya. 

Walaupun berbeda kota untuk kuliah ,  Persahabatan dan komunikasi dengan sohibku tetap berlangsung ,setiap liburan kami pasti pulang kekota kelahiran kami untuk saling cerita pengalaman  masing masing yang menambah keakrapan kami, manakala selesai liburan dengan rasa berat kami saling berpisah untuk Kembali kekota dimana kami kuliah.

Pada akhirnya,  sohibku menyelesaikan sarjana muda hukumnya, kemudian mencari kerja di Bandung ikut bergabung  kerja dengan  teman kami yang pemborong, setelah bekerja beberapa tahun,  sohibku tidak kerasan  karena usaha pemborong teman kami mulai kesulitan proyek . 

Sohibku pindah ke Mataram ikut kakaknya untuk bekerja di salah satu rumah sakit daerah. Mengingat  umurnya sudah leawat, sohibku hanya dapat diangkat sebagai pegawai Honorer daerah di bagian dapur untuk mengantarkan makanan ke para pasien Rumah sakit.

Komunikasi dengan sohibku masih tetap terjaga. Bila aku bertugas ke Mataram, saya  sempatkan mampir  kesohibku tersebut dan disela tugasku kami jalan dan makan  bareng. 

Aku masih terus  mendorong dan memberikan semangat sohibku untuk mulai melukis lagi. Dengan segala keterbatasan pada akhirnya sohibku mulai melukis dengan peralatan yang terjangkau sesuai penghasilannya yaitu dengan membeli cat air dan kanvasnya menggunakan bekas  film ronsen yang sudah dibuang di tempat kerjanya untuk  digunakan sebagai kanvasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun