Langkah demi langkah, perlahan kurealisasikan apa yang kupelajari. Walaupun hanya aku yang berpikiran berbeda dan mereka menolak, aku biasa saja dan menerima kenyataan dengan terus mengasah diri.Â
Berusaha melakukan hal dan nilai nilai sosial. Perjuangan dalam berproses, salah, benar, buruk, baik, jelek, indah, bersuara, dikritik, kadang bertindak, juga kadang diam, dan tak lupa mengevaluasi.Â
    Gagasan gagasan hanyalah bibit, menuai hasilnya membutuhkan keringat.
* * * *
Aku ini manusia biasa, yang terbuang dari kumpulannya. Barangkali sebenarnya aku yang membuangnya sendiri. Ketika masalah menemuiku, kuajak temu sapa, berbincang tentang perihnya hidup, ia terhipnotis dan ia sendiri yang menghilang.
Barangkali sesuatu yang aneh itu mengejar, maka aku butuh tempat pelarian. Suatu logika yang tidak didapat di ruang kelas belajar. Permainan perspektif umum, tempat yang paling aman ada pada tempat yang paling berbahaya dan tempat yang paling berbahaya ada pada tempat yang orang pikir aman.
Namun bagiku, tempat pelarian adalah suatu keheningan dan kesepian. Bermeditasi dan merenung untuk mengolah dan menyatukan jiwa, anatara hati dan pikiran. Masalah bukan untuk dihindari, tetapi untuk diselesaikan, namun solusi akan tetap menciptakan masalah baru, berkesinambungan dan menjalar.
Mencapai tujuan butuh proses yang panjang, tekad yang mendasari agar apa yang diinginkan dapat tercapai. Pengalaman diperoleh dengan mencoba, gagal, dicoba, gagal lagi, dicoba hingga kegagalan berakhir. Walaupun ada rasa kecewa, kesal, aneh, ditertawai, terkenang, itulah yang mengiringi kehidupan.
    Sekolah sejati, pengalaman adalah guru terbaik.
    Pengalaman adalah sekolah unggulan, namun biayanya mahal.
* * * *