Berpikir terus terusan membuatku lelah, atas hal hal yang cukup membingungkan, membuatku tersentak berhenti. Terkadang ada koma yang membuatku ingin menelusuri jejak langkah selanjutnya.Â
Aku bermeditasi saat titik tercaplok negatif dikala aungan macan mengancam hati seseorang. Bertanya mengapa aku saat ini? Kuharap kau mengerti atas hal yang terjadi! Hati ini ricuh tak menentu.
Terkembang layar di laut, mengebas sayap terliuk di angkasa, menancap lari mobil off road, sedang aku berjalan lambat menghayati hidup dan menghampiri inspirasi. Bukit indah nan keren di balik desa bisa kalah akan pancaran bias pelangi sehabis hujan, bintang gemintang pun menaungi cerita senja sehabis minum kopi, meresapi kehidupan indie.
Aku tak pandai bersandiwara ditengah keras pahitnya panggung pentas kehidupan. Kebebasan yang menjalar dan tanpa batas semakin merasuk wakil penguasa di pusat kota itu, begitu juga yang dibawahnya mengikut. Sekitarku sudah ikut arus. Aku tak sanggup tersenyum jika hati nuraniku lelah melihat kepalsuan, penyimpangan, dan kesenjangan.Â
Simpati dan empati melihat ketidakadilan, aku ingin lebih dari sekadar revolusi, sadar berpikir dan bertindak. Kumulai dari diriku dan tentu tidak terlihat hasilnya jika hanya aku yang melakukannya.Â
    Aku harus berjalan terus, terus, dan terus berjalan, karena jika mundur dan berhenti, satu kata yang mendefinisikannya, hancur.
* * * *
Serius aku tidak tahu apa apa, dunia ini terlalu luas dan terlalu dalam misterinya. Mancari jawaban itu tidak mudah, perlu perenungan filosofis. Seribu jawaban tidak salah, tidak perlu tergesa gesa mencari kebenaran itu.Â
Ketika aku mendapat suatu jawaban yang baru, aku tidak berpindah dari salah menjadi benar, hanya saja dari salah menjadi sedikit salah. Itulah proses yang aku jalani, mencoba mendapat kebenaran tanpa pernah mencapai sebenarnya.Â
Memang tak kusadari, dari kecil hingga sekarang aku masih saja melakukan sesuatu seperti yang dilakukan orang lain. Masih mencoba membayangkan bagaimana teknologi tercipta, bagaimana alat musik itu ada, bagaimana tatanan sistem masyarakat terbentuk, dan bagaimana mengungkapkan sesuatu menjadi tulisan dan lisan. Mencipta tidak mudah, paling paling aku hanya dapat berinovasi, itu saja sudah cukup sulit.
Kuraih dan kugenggam gawai, ku buka media sosial dan melihat informasi dari yang kulihat yaitu kabar berita, kata motivasi, ideologi, berdikaribook, bahasa inggris, influencer, kutipan buku, filsafat, dan sastra. Kuraih kata kata itu dari mata turun ke hati, naik ke otak. Cara yang bisa memperdalam self improvement. Seseorang lebih jujur dalam mengungkapkan kapasitasnya saat memakai internet.
Langkah demi langkah, perlahan kurealisasikan apa yang kupelajari. Walaupun hanya aku yang berpikiran berbeda dan mereka menolak, aku biasa saja dan menerima kenyataan dengan terus mengasah diri.Â
Berusaha melakukan hal dan nilai nilai sosial. Perjuangan dalam berproses, salah, benar, buruk, baik, jelek, indah, bersuara, dikritik, kadang bertindak, juga kadang diam, dan tak lupa mengevaluasi.Â
    Gagasan gagasan hanyalah bibit, menuai hasilnya membutuhkan keringat.
* * * *
Aku ini manusia biasa, yang terbuang dari kumpulannya. Barangkali sebenarnya aku yang membuangnya sendiri. Ketika masalah menemuiku, kuajak temu sapa, berbincang tentang perihnya hidup, ia terhipnotis dan ia sendiri yang menghilang.
Barangkali sesuatu yang aneh itu mengejar, maka aku butuh tempat pelarian. Suatu logika yang tidak didapat di ruang kelas belajar. Permainan perspektif umum, tempat yang paling aman ada pada tempat yang paling berbahaya dan tempat yang paling berbahaya ada pada tempat yang orang pikir aman.
Namun bagiku, tempat pelarian adalah suatu keheningan dan kesepian. Bermeditasi dan merenung untuk mengolah dan menyatukan jiwa, anatara hati dan pikiran. Masalah bukan untuk dihindari, tetapi untuk diselesaikan, namun solusi akan tetap menciptakan masalah baru, berkesinambungan dan menjalar.
Mencapai tujuan butuh proses yang panjang, tekad yang mendasari agar apa yang diinginkan dapat tercapai. Pengalaman diperoleh dengan mencoba, gagal, dicoba, gagal lagi, dicoba hingga kegagalan berakhir. Walaupun ada rasa kecewa, kesal, aneh, ditertawai, terkenang, itulah yang mengiringi kehidupan.
    Sekolah sejati, pengalaman adalah guru terbaik.
    Pengalaman adalah sekolah unggulan, namun biayanya mahal.
* * * *
Kehidupan sekarang ini, mencoba menjadi manusia yang bebas dan merdeka rasanya sulit didapat. Apa pun bisa dirampas dari manusia, kecuali satu kebebasan terakhir seorang manusia. Kebebasan untuk menentukan sikap dalam setiap keadaan. Kebebasan untuk memilih jalannya sendiri.
^ ^ ^ ^
Membaca sebelum berpikir dan berpikir sebelum bicara. Sebuah tulisan tidak akan tercapai apabila tidak membaca dan berpikir.
Sidikalang, 19 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H