Mohon tunggu...
Luhut A Pandiangan
Luhut A Pandiangan Mohon Tunggu... Relawan - Invictus

Filsafat, Teologi, Sastra, Seni, dan Revolusi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Ini Juga Sama

24 Desember 2018   23:58 Diperbarui: 25 Desember 2018   23:34 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bentar lagi waktunya, bergegas aku mempersiapkan diri. Menyetel pakaian ala zaman old, memoles rambut, memakai sepatu dan tak lupa kusemprot parfum.

Dengan izin dari orangtua, aku memakai sepeda motor menuju gereja. Kulalui rute tercepat, karena waktu semakin sempit. Kuparkirkan sepeda motor di lapangan parkir kendaraan. Aku semakin yakin motor ini akan terjaga, karena sudah ada petugas parkir.

Bergegas aku masuk ke isi gereja, awalnya aku ingin duduk di lantai dasar, tetapi sudah penuh, akibat aku kelamaan datang. Kulangkahkan kakiku menuju loteng, dan duduk di lantai satu.

" Gus, sini kita duduk! " suruh temanku, Jo.
" Sip!!! " balasku.

Aku pun duduk, tak lupa mengucap syukur kepada Tuhan, atas penyertaannya, aku dapat  sampai di rumah Tuhan.

" Ngeri kau bah, kau hina MU. " mulai Jo memulai percakapan.
" Yang mana? " tanyaku memperjelas.
" Tadi, postingan yang kau kirim di fb. " jelasnya
" Oh... fans Manchester United kau, ya... ? maaflah kalau begitu. " balasku sambil tertawa dan tersenyum.
****

Suara gong dibunyikan dan lagu pembuka dimulai, tanda misa dimulai. Lagunya Malam Kudus, ketika lagu itu mulai dinyanyikan, tubuhku merinding, takjub aku mendengarnya. Para umat sangat lembut menyanyikannya.

Lagu dan doa saling bergantian. Khotbah pun mulai. Pastor memulainya dengan ucapan selamat malam dan selamat natal. Tema yang diangkat KWI dan PGI tahun ini adalah " Yesus Kristus Menjadi Hikmah bagi Kita ". Khotbahnya sangat menyentuh hatiku.

Penggalan ilustrasi yang masih terngiang di memori otakku. Ada seorang ibu dan anak. Si anak ini berprestasi dan ia meminta sepeda motor kepada ibunya. Ibunya juga baik dan memberi satu syarat, yaitu agar anaknya pangkas. Dan kemudian si anak mendapatkan sepeda motor tersebut tetapi anak itu tidak juga pangkas. Si Ibu bertanya, mengapa kamu tidak pangkas nak? Jawab si anak, idolaku kan Yesus Bu!, rambut Yesus kan panjang, jadi tidak masalahkan? Si Ibu pun menjawab, kalau begitu berikan kunci sepeda motor itu kepada ibu, dulu Yesus kan kalau kemana mana jalan kaki, gak ada tuh yang namanya sepeda motor.

Kebanyakan dari kita meniru Yesus, hanya yang menyenangkan saja.

Kuikuti perayaan malam natal ini dengan hikmat dan berusaha menghayati. Selesainya natal, berdiam aku di tempat dudukku, melihat kebahagiaan orang orang yang ada di sekitaku. Ada yang berfoto dengan pose di depan altar, di depan kandang domba, di depan pohon natal yang besar. Senang dan gembira di malam natal yang berbahagia ini.

Berjalan aku keluar gereja, ternyata disediakan lappet dan bandrek, langsung saja kugas dan kusantap, hehehe. Bertemu teman yang diperantauan semakin meyurutkan rasa rinduku. Ngobrol dengan ceria.

Sesaat setelah itu, aku kembali ke parkiran, dan mengambil sepeda motor, kuberi uang parkir kepada petugas parkir, menghargai jerih payah mereka menjaga kendaraan ini. Kupacu kendaraan ini mengelilingi seluk beluk kota" kopi ". Perlahan dengan kecepatan rata-rata 20km/jam, kunikmati momen jalanan dan sekeliling.

Dari tadi kuperhatikan, tidak ada yang membunyikan petasan atau mercun roket, sudah setengah jam aku keliling keling, dan sekarang sudah jam sebelas malam. Senyaplah kota kecil ini. Tidak menarik. Padahal tahun lalu, masih perayaan malam natal aja di gereja, sudah semangat orang orang, membunyikan petasan. Bukannya mau gimana, biar mantap dan greget aja gitu, ( :v ) . Biar terhibur dengan ornamen cahaya dan ledakan mercunnya

Ya, udah, balik aja aku kerumah. Bersalam dan berucap selamat natal dengan keluarga. Lalu ku nyalakan tv dan kunikmati acara natal di tv lokal. Ada yang nyiarkan prosesi malam natal, kecerian dan berbagi kasih natal, film berkisah natal, kilas balik masuknya agama katolik dan kristen ke nusantara. Serulah.

Dan kepada sobat pembaca . . . . . .

Natal merupakan saatnya berbagi hati dengan cinta dan kasih sayang. Natal merupakan saat untuk memberi dan menerima berkat. Saatnya bagi kita berbahagia, karena penyelamat kita sudah lahir. Semoga terang Natal akan tinggal di hati kita dan menjadi terang bagi keluarga. Serta sesama. Selamat Natal dan tahun baru.

Sidikalang, 24 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun