Mohon tunggu...
Luhur Pambudi
Luhur Pambudi Mohon Tunggu... Staff Pengajar SOBAR Institute of Phylosphia -

Perut Kenyang Hatipun Senang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Bertamu ke Rumah Tuhan

5 Oktober 2018   22:38 Diperbarui: 8 Oktober 2018   20:28 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia menyapa, menjawab salam kami, menanyakan kabar kondisi kesehatan keluarga; anak, istri, suami, mertua, tetangga kami, mempersilahkan kami melanjutkan mengudap hidangan yang sejak awal kami tiba telah melahapnya nyaris tandas, bersendau gurai menyenangkan hati kami, mengisahkan cerita-cerita yang meringankan luka dan beban kami, menepuk pundak kami, membasuh keringat kami, menyeka air mata kami. 

Sepertinya kita sudah berjam-jam bertamu disini, saatnya berpamitan. Namun betapa beratnya hati begitu juga kaki kami hanya mencoba untuk beranjak. Termasuk betapa sulitnya memilih kata kata untuk memungkasi percakapan dan memohon izin hendak berpamitan. 

Wajah kami kita coba angkat, memberanikan diri menghaturkan ucapan terima kasih selepas itu beranjak. Namun bukan itu yang terjadi; kami justru makin tak kuasa menahan deraian air mata, kami menangis sejadi-jadinya, kami ingin memeluk dan ingin menyeret baju-Nya, menempelkan pada wajah kami, mengusap tangis karena kepedihan dan menyumpal jeritan yang menyesakkan dada dan tak kuasa selama ini kami tahan, sebagai bentuk rasa bersalah atas perbuatan buruk yang selalu membuat kami lupa untuk meminta maaf dan tak mengulangi. Sepertinya hanya itu satu-satunya motif, alasan, dalih dan kepentingan untuk bisa bertamu, memasuki rumah-Mu, menemui-Mu, menangis dihadapan-Mu, merebahkan punggung di karpet lembut ruang tamu-Mu, mengemis ampunan-Mu, merayu-rayu ridhoMu, agar kami bisa bersama-Mu seterusnya, berkunjung kapan saja dan meneguk rahman rahim-Mu dimana saja.

Kini kita tau bagaimana tata caranya bertamu kerumah semesta Tuhan, yang ternyata selama ini ada dalam diri kita. Bukan sekedar beruluk salam, sembari mengetuk pintu, lalu masuk dan duduk di ruang tamu setelah dipersilahkan oleh sang tuan rumah. Namun, pemilihan cara berfikir dan cara bersikap dengan benar, menentukan perlakuan sang tuan rumah (Tuhan) menjamu diri kita (mahkluk-Nya). 

Apakah sekedar dijamu oleh para pelayan rumah dengan diberi suguhan hidangan yang lezat, nikmat dan menyegarkan, namun tanpa pernah sama sekali ditemui oleh Sang Tuan Rumah. Atau cukup dengan Sang Tuan Rumah menyambut kita sejak memasuki pelataran rumahnya yang luas, dengan obrolan panjang lebar; gurauan, menanyakan kabar, dan bertukar cerita tentang masa lalu yang menyenangkan, memilukan dan memalukan. Kendati suguhan yang tersaji cuma secangkir kopi hitam anyep kebanyakan air yang telah dingin oleh asyiknya obrolan. 

Mau pilih yang mana?

Jika engkau belum punya ilmu, hanya prasangka

Maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.

Jika engkau hanya mampu merangkak,

Maka merangkaklah kepadaNya.

Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun