Mohon tunggu...
Luhur Pambudi
Luhur Pambudi Mohon Tunggu... Staff Pengajar SOBAR Institute of Phylosphia -

Perut Kenyang Hatipun Senang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Betapa Tidak Menarik Politik Ekstra Parlemen Kampus, Belakangan ini (2)

24 Agustus 2018   19:59 Diperbarui: 24 Agustus 2018   21:22 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi realitas mengatakan justru sebaliknya. Organisasi ekstra parlementer kampus diklaim tak mampu memberikan kontribusi dalam hal pengembangan intelektual seluruh mahasiswa kampus, karena orientasi dan logika berfikir mereka atas rezim negara kampus yang mereka kuasai hanyalah untuk mendapat sebanyak mungkin keuntungan bagi organisasi yang menyokong mereka. Hal itu dapat kita saksikan dari aspek program kerja selama mereka menguasai rezim dan menjabat di kursi pemerintahan organisasi intra parlementer kampus. 

Beberapa acara atau kegiatan yang diselenggarakan oleh organsiasi intra parlementer kampus (yang statusnya dikuasai ekstra parlementer kampus), hanya akan memfasilitasi mahasiswa atau orang-orang organisasi mereka. Dan prioritas untuk ditularkan kepada seluruh lapisan mahasiswa, adalah nomor sekian.

aksi-mahasiswa-5b800113ab12ae3bc470c8d4.jpg
aksi-mahasiswa-5b800113ab12ae3bc470c8d4.jpg
Bagi mereka kalau toh selama menguasai kursi pemerintahan jika tidak mendapat keuntungan secara materiil berupa uang selama menyelenggarakan kegiatan, mereka punya logika berfikir bahwa, minimal ada keuntungan yang bersifat moril bisa mereka dapatkan. 

Misalkan pengaruh, kekuasaan, legitimasi, dan mobilisasi. Kesemuanya itu tak lebih dari muara sifat dasar mereka yang sudah kita ketahui bersama sebelumnya yakni kekuasaan yang mereka duduki akan menghasilkan keuntungan berupa uang. Untuk apa? Menghidupi diri mereka hingga 100 tahun yang akan datang.

Kemudian dilihat dari substansi acara atau kegiatan yang mereka selenggarakan cenderung tidak tepat sasaran dengan urgensi kebutuhan mahasiswa di dalam kampus. Sebagaimana ini telah kita ulas diatas. Sekaligus menjelaskan bahwa yang menyebabkan apatisme mahasiswa bukan karena sifat dasar mereka yang benar-benar acuh. Tapi karena situasi dan kondisi yang cenderung didominasi dan dimonopoli oleh mahasiswa-mahasiswa yang tergabung di organisasi ekstra parlementer kampus.

Bayangkan, apa faedahnya kita membuat sebuah program kerja dengan menyelenggarakan acara atau kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial belaka seperti dies natalis, party bazar music, pameran, pemilihan duta ini dan duta itu, atau perayaan hari lahir (Harlah) dan lain sebagainya. Yang tak pernah tau bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilan, apakah memberikan impact dan kontribusi khusus dalam pengembangan intelektual mahasiswa. 

Kalau pengembangan eksistensi agar dikenal publik saya pikir tak masalah, karena itu hak. Tapi apakah iya, organsiasi ekstra parlementer kampus memiliki logika berfikir demikian. Adik-adik kita di sekolah Menengah Akhir (SMA) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) pun bisa menyelenggarakan acara atau kegiatan serupa dengan lebih meriah bahkan, (lengkap dengan konsep dan pendanaan yang lebih jelas memadai) daripada kita yang mahasiswa.  

Kemudian di tengah-tengah masyarakat. Kita akan coba melihat adakah kontribusi organisasi ekstra parlementer kampus untuk lingkungan sosial tempat ia berada. Sebuah idiom yang mencengangkan kita semua bahwa mahasiswa itu disebut elitis, karena organisasi ekstra parlementer kampus didalam struktur masyarakat tidak mempunyai ruang sama sekali, artinya keberadaan mereka tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Kalau memang benar, organisasi ekstra parlementer kampus merupakan organisasi yang memiliki ruang gerak lebih luas berada di luar kampus, jika demikian berarti dapat dipastikan organisasi ekstra parlementer kampus tersebut memiliki suatu bentuk, entah itu disebut sistem, mekanisme, program kerja dan orientasi gerakan yang titik fokusnya untuk kemajuan dan kemaslahatan masyarakat. 

Tapi nyatanya, paksa kedua mata kita untuk melihat ke dalam rumah yang selama ini kita perjuangkan di ruang-ruang diskusi sehari-hari, apakah benar memilikinya. Nyatanya tidak. Selama ini masyarakat ketika menghadapi berbagai macam permasalahan yang berkaitan dengan dimensi sosiologi dan psikologi masyarakat tentang keadaan sosial di lingkungan mereka, atau masalah-masalah tentang hubungan mereka dengan negara (atau pemerintahan setempat), jika permasalahannya terkait dengan program-program pemerintahan negara seperti masalah administrasi surat negara yang kacau atau sosialisasi program pemerintah yang masih membingungkan masyarakat, ternyata mahasiswa yang tergabung di organisasi ekstra parlementer kampuspun tidak pernah oleh masyarakat sengaja libatkan. 

Bahkan sebaliknya juga tidak (organisasi ekstra parlementer kampus menawarkan bantuan kepada masyarakat). Seakan menunjukkan kebenaran lain tentang organisasi ekstra parlementer kampus merupakan organisasi elitis yang gerakannya murni untuk kepentingan kampus, dan hanya mampu membaca situasi-situasi problematik yang terjadi di dalam kampus. Mahasiswa sebagai penghuni menara gading, saya pikir itu istilah tepat menjadi slogan kritik mahasiswa dari masa ke masa. Saya pikir ini keliru. Tapi apa mau dikata.

Bagi masyarakat organisasi mahasiswa, mereka menyebutnya, "anak-anak mahasiswa," kata ibu-ibu di kios jajanan seberang jalan. Justru kerap membuat mereka resah ketika hidup berdampingan dengan masyarakat. Kata warga, mahasiswa itu sukanya hura-hura, tertawa cekakaan, urakkan, tidak tertib aturan, bikin sumpek, suka buang sampah sembarangan, tidak kenal batasan waktu, parkir motor tidak rapi, sering ganggu lalu lintas jalan warga, tak sungkan bawa pacar ke dalam kos dan kontrakan, suka bikin gaduh dengan suara gitar dan musik-musik keras, mengganggu tidur siang dan bikin rusuh tiap malam.

 Dus, suatu hari sebuah musibah yang tak pernah kita harapkan terjadi, cukup mengagetkan, di sore hari seorang mahasiswa di lingkungan warga kehilangan sepeda motor karena telodor tak mengunci ganda leher motornya yang diparkir tepat depan kos di wilayah pemukiman warga. Para warga yang mengetahui peristiwa itu tak bergeming untuk membantu atau setidaknya bersimpati dengan mereka. Abang-abang lambepun tidak. Yang warga tahu setidaknya ada perasaan lega karena rasa geram mereka terhadap mahasiswa yang mengganggu itu telah dibalas oleh keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun