Mohon tunggu...
Luhur Pambudi
Luhur Pambudi Mohon Tunggu... Staff Pengajar SOBAR Institute of Phylosphia -

Perut Kenyang Hatipun Senang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Betapa Tidak Menarik Politik Ekstra Parlemen Kampus, Belakangan ini (2)

24 Agustus 2018   19:59 Diperbarui: 24 Agustus 2018   21:22 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eksistensi butuh sebuah bahan bakar yang dapat membuat manusia menjadi seterusnya ada. Konteksnya dalam percaturan politik negara kampus yang berkenaan dengan organisasi ekstra parlementer kampus, eksistensi adalah dasar dari nafas hidup organisasi ekstra parlementer kampus tersebut. 

Belakangan, kita memahami dengan pengertian seperti ini, setelah terjadi reduksi makna tentang kehidupan kampus dan hal ikhwal politik miniatur negara kampus secara besar-besaran. Miniatur negara kampus dan organisasi ekstra parlementer kampus yang keduanya saling berkelindan, pada hakikatnya setelah terjadi degradasi pemaknaan yang habis-habisan mengingat pergolakan zaman yang semakin komplek.

Kita akan mengetahui itu, setelah membaca romantisme sejarah tentang apa landasan berfikir yang paling fundamental mengenai keberadaan para pelajar yang gerak hidupnya dekat sekali dengan aktivitas membaca buku dan berpolitik untuk membangun bangsa. Yang perlahan-lahan, tumbuh bertahap, hingga sampai pada terfragmentasinya pemikiran mereka ke dalam sebuah tatanan baku yang kini kita sebut organisasi ekstra parlementer kampus. Kini, di era paruh zaman modern ini, tak lagi memiliki arah tujuan sebagaimana tujuan awal menghendaki adanya organisasi pelajar yang menginginkan perubahan bangsa kearah lebih baik.

83ikada1945-5b80040512ae94485f378002.jpeg
83ikada1945-5b80040512ae94485f378002.jpeg
Dahulu, para pelajar benar-benar tahu apa yang harus mereka lakukan, setelah melihat kenyataan zaman yang melingkupi masyarakat pribumi bangsa mereka, yang juga didukung oleh perangkat berfikir dikepala mereka. Menjadikan mereka tahu bahwa tujuan penting adanya diri mereka adalah berfikir dan merubah tatanan yang buruk menjadi tatanan yang lebih baik untuk bangsa mereka. 

Sungguh kontras, ketika kita sebagai seorang (pelajar atau mahasiswa) yang hidup di zaman paling baru, menampakkan kenyataan lain bahwa yang dulu dilakukan pelajar untuk mengkritisi, berfikir secara rasional dan akal sehat untuk merubah tatanan yang mengungkung, harus berbenturan secara problematik dengan kondisi pelajar atau mahasiswa saat ini yang tidak mampu  berfikir secara kritis dan tranformatif untuk memahami persoalan-persoalan bangsa.

Mahasiswa yang tergabung di organisasi ekstra parlementer kampus saat ini, tidak lagi berfikir untuk bagaimana mereka menyajikan antitesa secara konkret, logis, sistematis, ber-nas, bertanggungjawab sebagai bentuk koreksi terhadap kondisi bangsa saat ini. Seperti berfikir kritis tentang kebijakan A, berfikir kritis tentang masalah B, befikir kritis tentang kondisi C, berfikir kritis tentang ketimpangan D, berfikir kritis tentang problem moral D, dan berfikir kritis tentang segala hal (termasuk agama yang sedang dianutnya). 

Entah apa yang melatarbelakangi, mungkin ada sebuah ketidakmampuan di isi kepala mereka (atau kita sebut saja software berfikir mereka) untuk benar-benar mampu; secara berani, sistematis, rasional, sadar dan objektif melihat problem-problem zaman yang mengelilinginya. Atau karena perubahan zaman dan dinamika psikososiologis di era modernitas kini, telah berhasil memaksa mereka untuk jangan terlalu idealis amat menjalani hidup (sebagai pelajar atau mahasiswa), cukup sadarilah  tugasmu baca buku sesuai silabus dari dosen, tugasmu menyelesaikan makalah, tugasmu mengumpulkan nilai ujian tiap semester, tugasmu lulus kuliah tepat waktu, agar nantinya bisa cari uang dan hidup tentram nyaman dan tak terbebani dengan apa-apa. Nyatanya organisasi ekstra parlementer kampus adalah demikian.

Melihat hal lain, sebagai tanda problem eksistensi secara fungsional organisasi. Apa yang kita sebut sebagai problem eksistensi adalah organisasi ekstra parlementer kampus kini tidak lagi mampu memahami fungsi mereka sebagai elemen penggugah kesadaran (sebagai mahasiswa atau sebagai elemen pelajar di tengah-tengah masyarakat). Pembelajaran wajib dalam kurikulum kaderisasi mereka, tentang tema-tema ideologi pemikiran sejarah dan dialektika ilmu pengetahuan, nyatanya saat ini tidak lagi mampu mengarahkan mereka pada sudut pandang yang lebih waras, segar, dan menggugah tentang tujuan organisasi ekstra parlementer kampus dalam ranah gerakan mahasiswa, terlebih-lebih sebagai agen kontrol sosial ditengah-tengah masyarakat.

Di organisasi ekstra parlementer kampus juga tidak mampu mengentaskan masalah yang terjadi di lingkungan mereka dalam kampus, apalagi lingkungan mereka di luar kampus (lingkungan masyarakat). 

Di dalam kampus saja kita lihat. Kira-kira organisasi ekstra parlementer kampus berapa prosentase dari sepersekian persen kontribusi mereka tehadap kehidupan kampus. Sebagaimana yang sudah kita bahas diawal tentang partai politik yang menguasai organisasi intra parlementer kampus sebagai elemen yang mampu melengkapi pemenuhan kebutuhan dari warga negara kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. Terutama dalam hal pengembangan aspek pendidikan, intelektual dan keilmuan mahasiswa di dalam kampus, beberapa organisasi ekstra parlementer kampus dinilai tak mampu berkontribusi dalam hal itu. 

Bagaimana cara kita melihat indikator dari ketidakberhasilan organisasi ekstra parlementer kampus dalam memberikan pencerah atau suntikan energi ideasional mahasiswa (berlandaskan trinitas fundamental Tri Darma Perguruan Tinggi; pengabdian masyarakat, pendidikan, dan keilmuan). Dapat kita mulai dari, apa yang telah mereka (organisasi ekstra parlementer kampus) lakukan? Dan ada dimana posisi mereka? Sebagaimana yang sudah kita perbincangkan diatas bahwa mereka adalah kelompok mahasiswa yang mendominasi leading sector kursi pemerintahan negara kampus atau organisasi intra parlementer kampus. Cukup sederhana,  dapat dilihat dari kinerja dan program kerja mereka selama menjabat apakah sesuai dengan esensi Tri Darma Perguruan Tinggi dan niat dasar sebagaimana ideologi atau hasil bacaan buku pemikiran-pemikiran tokoh dunia yang mencerahkan.

Kalau memang iya, maka dapat dipastikan organisasi ekstra parlementer kampus telah berhasil mencerahkan dan menularkan nilai-nilai ideasional kepada mahasiswa secara keseluruhan. Tanpa sekat dan tanpa tedeng aling-aling karena tersaingi rival organisasi ekstra parlementer kampus yang bersebrangan ideologinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun