PENDIDIKAN CALON GURU PENGGERAK
ANGKATAN 7 KABUPATEN KLUNGKUNG
PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID
Hai kompasiana saya Luh putu wijayanti
Guru di SMK Negeri 1 klungkung
Kreativitas hanyalah menghubungkan berbagai hal. Ketika Anda bertanya kepada orang-orang kreatif bagaimana mereka melakukan sesuatu, mereka merasa sedikit bersalah karena mereka tidak benar-benar melakukannya, mereka hanya melihat sesuatu. Sesuatu itu tampaknya jelas bagi mereka setelah beberapa saat. Itu karena mereka dapat mengkoneksikan pengalaman yang mereka miliki dan mensintesis hal-hal baru.”
-Steve Jobs-
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat melakukan koneksi antarmateri yang telah dipelajari dari modul-modul sebelumnya untuk membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid.
1. Perasaan Saya Setelah mempelajari modul ini?
Sangat senang dan bahagia memperoleh ilmu yang baru, yaitu pengelolaan program yang berdampak pada murid. Harapannya, pembelajaran dan program sekolah yang telah disusun mampu mewujudkan Student Agency (Kepemimpinan murid).
2. Apa intisari yang Anda dapatkan dari modul ini?
Modul 3.3 merupakan modul yang memeberikan praktek baik terhadap pengelolaan program yang berdampak positif pada murid, dimana hal tersebut memiliki keberpihakan terhadap murid yang nantinya akan mendorong kebermaknaan ataupun komitmen dengan cara mengimplementasikan kepemimpinan murid secara langsung.kepemimpinan murid merupakan pemberian kesempatan terhadap murid dalam mengambil peran aktif dalam pembelajaran yang dilakukan disekolah. Dalam kepemimpinan murid terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah: Suara (Voice), pilihan (choice), dan kepemilikian murid (ownership) . Pengelolaan yang berpihak pada murid perlu adanya pemetaan aset disekolah yang dapat mendukung program tersebut berjalan dengan baik melalui analisis 7 aset atau kekuatan sekolah melalui tahapan BAGJA.
3. Apa keterkaitan yang dapat Anda lihat antara Modul ini dengan modul-modul sebelumnya?
Keterkaitan Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara :
Guru memiliki peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat selamat dan bahagia sebagai individu dan anggota masyarakat. Pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Modul 1.1. menjelaskan bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya. Maksud pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak didik saya, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.
Keterkaitan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak :
Salah satu peran Guru Penggerak adalah sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam hal ini pemimpin dalam pengelolaan sumber daya agar kita bisa melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dengan mengetahui voice, choise, dan ownership, maka kita bisa mewujudkan nilai dan peran kita sebagai Guru Penggerak, yaitu: Nilai berpihak pada murid (bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid) dan Peran Guru Penggerak dalam mewujudkan kepemimpinan murid (Student Agency).
Keterkaitan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak :
Untuk mewujudkan visi Guru Penggerak tentunya kita harus memperhatikan voice (suara), choise (pilihan), dan ownership (kepemilikan) agar kita bisa melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid dan mencapai visi Guru Penggerak dan sekaligus tentunya mencapai visi misi sekolah.
Keterkaitan Modul 1.4 Budaya Positif :
Salah satu aset manusia adalah murid, tentunya kita harus mengajarkan kepada semua peserta didik budaya positif, agar bisa diamalkan dan menjadi kebiasaan yang baik, dan tentunya akan sangat membantu tercapainya pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid.
Keterkaitan Modul 2.1 Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid :
Dengan mengindentifikasi aset yaitu murid, tentunya kita akan mengetahui karakteristik murid. Pembelajaran berkualitas dan berpihak pada murid dapat kita lakukan melalui pembelajaran berdiferensiasi, artinya pembelajaran dilakukan berdasarkan kebutuhan murid, yaitu readiness (kesiapan belajar murid), minat dan profil atau gaya belajar murid.
Keterkaitan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional:
Mengeksplorasi pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Mengeksplorasi konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu: 1) Kesadaran diri, 2) Manajemen Diri, 3) Kesadaran Sosial, 4) Keterampilan Berelasi, dan 5) Pengambilan Keputusan yang bertanggung Jawab. Mengeksploarasi pemahaman tentang konsep kesadaran penuh (mindfullness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE). Mengeksplorasi implementasi pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui 4 (empat) indikator, yaitu : 1) pengajaran eksplisit, 2) integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, 3) penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan 4) penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah.
Keterkaitan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik :
Coaching dengan alur TIRTA, seorang guru mengajak murid menggali potensi yang dimiliki. Guru diharapkan tidak memberikan solusi, tetapi menggali potensi murid. Murid bisa merancang sendiri solusi yang akan diambil. Jadi kompetensi dan peran kita sebagai seorang coach harus selalu dilatih, agar murid mampu menjadi coachee yang baik. Pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.
Keterkaitan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin :
Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan memengaruhi pencapaian tujuan pendidikan. Sebab dalam perjalanannya akan berhadapan dengan situasi dilema etika maupun bujukan moral. Guru yang memahami mekanisme pengambilan keputusan yang baik, maka seorang guru / pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diberdayakan secara optimal. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.
Keterkaitan Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya :
Guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset akan lebih mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah.
Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Fokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik. Ada 7 aset atau modal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, yaitu : 1) modal manusia, 2) modal sosial, 3) modal politik, 5) modal agama dan budaya, 5) modal fisik, 6) modal lingkungan/alam, dan 7) modal finansial. Pemahaman mengenai modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus mampu memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah. Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola 7 aset / modal utama di daerah / sekolahnya adalah sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing) dan bertanggung jawab.
Apabila sekolah memiliki pemetaan aset yang bagus , maka setiap pengelolaan program yang berpihak pada murid akan bisa berjalan dengan baik. Dari seluruh materi modul 3.3 dengan modul sebelumnnya sangat berkaitan erat. Guru penggerak perlu memiliki kesadaran tentang peran dirinya agar selalu berkembang dan juga memiliki kemauan yang kuat untuk meningkatkan kualitas belajar murid, melalui program-program yang berdampak positif pada murid melalui sikap mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihakpada murid. Hal tersebut tercermin dalam aksi nyata menuju murid Merdeka Belajar dan memiliki karakter profil belajar Pancasila
4. Setelah melihat keterkaitan antara modul ini dengan modul-modul lainnya jelaskanlah perspektif Anda tentang program yang berdampak positif pada murid. Bagaimana seharusnya program-program atau kegiatan sekolah harus direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar program-program tersebut dapat berdampak positif pada murid?
Dalam menyusun pemetaan sekolah tidak terlepas dari pemetaan aset manusia terutama pada murid, karena setiap orang yang direncanakan dan mempertimbangkan kesepakatan bersama murid, maka akan terjadi pembelajaran yang berpihak kepada murid yang tentunya sesuai dengan kebutuhan belajar murid.
Program ini sebaiknya dilaksanakan secra kolaboratif baik antra siswa dengan siswa maupun dengan guru tengan tujuan untuk menciptakan rasa kepemilikian murid pada komunitasnya (sekolah) serta menciptakan lingkungan yang mendukung terwujudnya kepemimpinan murid ( student agency).
Setelah pelaksaan program selesai , perlu adanya refleksi agar terjadi evaluasi terhadap perencanaan dan pelaksanaan program yang telah dilaksanakan guna melakukan perbaikan pada pelaksaan program kedepannya.
KESIMPULAN
Setelah memperhatikan kaitan seluruh materi modul 3.3 dengan materi modul sebelumnya, maka bisa dikatakan sangatlah besar peran guru penggerak didalam pengembangan diri secara sadar melalui kemauan pribadi dalam meningkatkan kualitas belajar murid, melalui pengelolaan program yang berdampak positif pada murid agar terciptanya sikap mandiri, reflektif,kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid yang nantinya tercermin dalam aksi nyata menuju MURID MERDEKA BELAJAR DAN BERKARAKTER PROFIL PELAJAR PANCASILA.
TERIMA KASIH
SALAM dan BAHAGIA
"Guru Bergerak, Indonesia Maju"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H