Mohon tunggu...
Lugas Wicaksono
Lugas Wicaksono Mohon Tunggu... Swasta -

Remah-remah roti

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Waspada Adu Domba di Media Sosial

5 Februari 2018   08:36 Diperbarui: 5 Februari 2018   08:47 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkap layar cuitan akun diduga anonim @sahabatMCA.

Mengapa akun ini memilih cara mempersekusi orang-orang yang dianggap berseberangan dengan kelompok politiknya? Tentu saja karena kemampuannya sebatas bisa melakukan itu. Ia tidak bisa menyanggah opini lain dengan opini berdasar sesuai data dan fakta.

Di samping itu, kecenderungan masyarakat kekinian yang minat bacanya rendah lebih suka menanggapi satu isu secara reaksional dengan mengedepankan emosi daripada logika. Kecenderungan semacam ini yang dimanfaatkan dengan baik oleh akun-akun diduga anonim semacam ini untuk adu domba. Mereka tahu betul kalau warganet kekinian mudah diprovokasi.

Mengapa mereka suka adu domba? Karena bagi keyakinannya, dengan demikian kelompoknya lebih mudah mendapatkan simpati publik yang emosionalnya sudah berhasil diaduk-aduk. Semakin banyak publik yang bersimpati maka semakin besar peluang meraih kepentingannya.

Belakangan fenomena adu domba yang membuat media sosial gaduh semakin marak. Pola semacam ini yang kemudian mengilhami gerakan-gerakan persekusi di dunia nyata. Masyarakat yang dianggap berseberangan dipersekusi habis sampai ditelusuri latar belakang kehidupan pribadinya di media sosial lalu didatangi di dunia nyata. Sebagian juga ada yang berujung laporan ke polisi. Inilah yang membuat warganet berpikir ulang untuk menyampaikan pendapatnya secara terbuka.

Uniknya lagi, informasi yang disampaikan hanya sepotong-potong. Yang tentu saja maknanya jauh berbeda dari informasi utuh. Masih ingat kasus Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang divonis menistakan agama? Kasus ini awalnya bergulir dari sepotong video yang disebarkan di media sosial. Bagaimana agar tidak terjebak dalam informasi yang menyesatkan? Sebaiknya utamakan menelusuri kebenaran informasi yang disampaikan sebelum berkomentar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun