Namun anggapan seperti itu bisa saja salah. Semua orang tidak harus menyukai gaya lawakan stand up comedy karena selera humor dan kepribadian orang berbeda-beda. Bagi sebagian orang lawakan semacam itu lucu dan sebagai bagian dari bentuk kritik sosial melalui komedi, tetapi bagi yang lain lelucon itu tidak lucu dan justru menyinggungnya.
Bagi sebagian orang atau kelompok agama Islam, materi ceramah Abdul Somad yang membahas agama atau suku lain jauh lebih lucu dibandingkan dengan materi stand up comedy Joshua.
Misal saja dalam video yang diunggah Heaven Islam di Youtube. Dalam video itu tampak Somad ceramah dengan membawakan materi salah satunya pluralisme.
".....Sebagian kawan kita ada yang studi banding ke Jawa, dia tak mau sebut tempatnya di Jawa, setelah pulang dari studi banding ke Jawa dia cerita sama saya, ustad Somad kami baru pulang studi banding ke Jawa, nampaknya tidak bisa kita bawa ke Sumatera. Kenapa? Kami studi banding tentang kerukunan umat beragama, Gimana di sana? Bapaknya Kristen, emaknya Islam, anaknya Konghucu menantunya Hindu. Ramai rumah itu macam pecel lele..."
Materi itu dianggap lucu oleh kelompok yang hadir dalam ceramah itu. Tak pelak ucapan Somad itu membuat hadirin tertawa. Lalu ada lagi, dalam video yang diunggah Macan Allah di Youtube menampilkan Somad sedang memberikan ceramah.Â
Saat itu dia sedang menjawab pertanyaan yang dibacanya di secarik kertas tentang kegiatan kelompok Islam yang dibubarkan kelompok lain yang tidak sepaham. Dalam sepenggal jawabannya Somad menjelaskan kalau ada saja non muslim yang mendukungnya.
".....Ketika saya sedang makan di rumah makan datang non muslim, (sembari telunjuknya menutup matanya seakan memberikan simbol mata sipit), ustad Somad ya? Haya saya selalu tengok di Youtube, saya mau foto sama ustad (menirukan logat Tionghoa)...."
Sontak materi ceramah yang dianggap lucu itu membuat hadirin yang mendengarkannya tertawa terbahak. Terlebih ketika gerakan tubuh Somad memberikan simbol mata sipit dan logat Tionghoa. Bagi kelompok Somad materi ceramah itu dianggap lucu. Namun belum tentu kelompok lain juga menganggapnya lucu. Bisa saja mereka justru tersinggung lalu menganggapnya sebagai penghinaan, pelecehan, penistaan dan sejenisnya.
Joshua dkk barangkali sudah terbiasa menertawakan agama (umat) Islam dalam leluconnya dan itu dianggap lucu dan sekaligus kritik terhadap fenomena umat Islam kekinian. Sebaliknya bagi sebagian kelompok lain terutama Islam justru dianggap pelecehan.Â
Begitupula ketika Somad ceramah dengan materi lucu yang membahas agama lain. Bagi dia dan kelompoknya itu lucu dan bagian dari dakwah, tetapi bagi kelompok lain belum tentu dan bisa bermakna lain.
Nah, bagaimana agar melawak tidak menyinggung umat agama tertentu? Salah satu solusinya ya lebih baik dihindari saja. Kalaupun ingin melucu dengan materi lawakan bertema agama lebih baik hanya dipublikasikan untuk kelompoknya sendiri saja.Â