Bermain di Malaysia bukan hal baru bagi pemain asal Indonesia. Ada sejumlah alasan mereka memilih bermain di negara tetangga tersebut. Meskipun selisih nilai kontrak tidak berbeda jauh, tetapi di sana bisa bermain lebih nyaman karena jalannya kompetisi yang lebih jelas atau jadwalnya jarang berubah-ubah, suporter jarang yang anarkis dan yang terpenting sepak bola bebas konflik kepentingan politik. Berbanding terbalik dengan Liga Indonesia.
Kalau para pemain eksodus ke Malaysia dan Thailand maka musim depan dan seterusnya pamor Liga Indonesia yang disebut sebagai Liga Inggris-nya Asia Tenggara akan meredup. Ini tidak lepas dari PSSI selaku federasi dan operator liga yang gagal membenahi kekurangannya di musim lalu. Jadwal kompetisi dan regulasi yang selalu berubah, klub yang telat bayar gaji pemain sampai berbulan-bulan, suporter anarkis, kualitas wasit dan kepentingan politik masih saja terus terulang dari musim ke musim seakan tanpa ada pembenahan. Akankah mulai musim depan Liga Indonesia telah memasuki masa senja kala?
6.Bagaimana Mungkin Hanya karena Main di Klub Luar, Jiwa Patriotik Seseorang Hilang?
Pernyataan Edy yang berkeberatan dengan pemain sepak bola profesional yang main di luar negeri cukup unik. Mengingat pesepak bola bukanlah prajurit TNI yang bekerja untuk negara lain sama dengan penghianat. Statuta PSSI atau FIFA sekalipun juga tidak pernah mengatur pemain timnas harus membela klub asal negaranya. Bahkan saking uniknya, Presiden Selangor FA, Datuk Seri Subahan Kamal menyindir pernyataan Edy.
"Bagaimana mungkin hanya karena main di klub luar jiwa patriotik seseorang hilang," kata Datuk Seri Subahan Kamal.
7.Naturalisasi Solusi Kegagalan Pembinaan Pesepak Bola Usia Dini?
IIlja Spasojevic berpose dengan jaket timnas Indonesia sesaat setelah dinaturalisasi. | Bolasport.
Ketua PSSI, Edy Rahmayadi dalam wawancara dengan TV One beberapa waktu lalu mengungkapkan alasan menaturalisasi pemain asing karena kekurangan pemain untuk membela timnas. Ini diungkapkannya ketika diwawancarai mengenai kepindahan para pemain berlabel timnas Indonesia ke klub luar negeri. Ia khawatir timnas Indonesia akan kekurangan pemain karena pada 2018 mendatang ada banyak turnamen yang harus diikuti.