Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Daya Tarik Kemunculan Macan Tutul di Lereng Raung

3 Januari 2023   07:32 Diperbarui: 4 Januari 2023   04:00 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemunculan satwa liar macan tutul di lereng Gunung Raung menjadi bahan perbincangan masyarakat sejak kemarin (2/1/2022) siang. Pasalnya, satwa dengan nama ilmiah Panthera pardus itu viral karena terekam kamera pengelola wisata di sana.

Sebagai wartawan media lokal yang kebetulan mengawal isu kemunculan macan tutul di lereng gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur ini, ada beberapa kisah menarik yang ingin saya bagikan. Terutama untuk menjawab pertanyaan, "Mengapa masyarakat sampai begitu tertarik dengan kemunculannya?".

Kemunculan macan tutul di lereng Gunung Raung baru pertama kali ini terjadi. Tepatnya, kurang lebih tiga bulan terakhir. Kira-kira sejak bulan Oktober 2022, warga Dusun Kampung Anyar, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon melaporkan beberapa kali melihat satwa liar tersebut.

Sebagai informasi awal, Desa Sumberarum adalah desa yang wilayahnya terletak di ujung barat Kecamatan Songgon. Desa ini berada di lereng Gunung Raung. Di desa ini jugalah, perbincangan soal kemunculan macan tutul bermula.

Habitat macan tutul di sekitar wilayah Banyuwangi diketahui ada di Taman Nasional (TN) Baluran dan TN Alas Purwo. Jumlahnya sekitar 40 ekor di TN Alas Purwo dan 35 ekor di TN Baluran.

Kemunculan satwa liar ini kemudian menjadi lebih intens pada pekan awal Desember 2022. Dari informasi warga inilah, Kepala Desa (Kades) Sumberarum, Ali Nurfatoni, kemudian melempar informasi ini ke publik lewat jaringan media yang dikenalnya.

Kades berjuluk "Lurah Internasional" ini memang senior saya. Sebelum jadi Kades, dia juga wartawan di media tempat saya bekerja sekarang. Jadi tak heran, jika informasi seputar kemunculan macan tutul ini kemudian segera tersebar, viral, dan menjadi perbincangan masyarakat luas.

Lewat informasi yang saya himpun dari Wagiyono, Kepala Dusun Kampung Anyar, dirinya mengaku dapat laporan dari warganya karena semakin sering melihat macan tutul. Ada tiga warga yang mengaku melihat. Tapi yang paling seru adalah kisah Edi Santoso. Ia bahkan bertemu satwa liar ini sampai dua kali dalam seminggu.

Seperti kebanyakan masyarakat yang tinggal di Dusun Kampung Anyar, Edi sehari-harinya bekerja sebagai petani dan mengumpulkan hasil hutan di wilayah Perkebunan Bayu Kidul. Perkebunan ini berbatasan langsung dengan hutan lindung di lereng Gunung Raung.

Edi yang saat itu sedang memperbaiki saluran air sumber di tempatnya biasa beraktivitas mengaku didekati macan tutul. Kejadian ini terjadi pada Jumat (2/12/2022). Ukurannya cukup besar sekitar 70-80 cm. Jaraknya juga tak terlalu jauh.

Saya waktu itu juga berkesempatan melihat langsung ke lokasi di mana Edi melihat macan tutul itu dari jarak yang cukup dekat, pada Senin (5/12/2022). Waktu itu, saya bersama rombongan Kades Sumberarum Ali Nurfatoni, Kapolsek Songgon AKP Eko Darmawan beserta anggota, dan anggota Koramil Songgon.

Dari penuturan Edi, macan tutul tersebut tiba-tiba muncul di atas lereng tempatnya memperbaiki saluran air. Jaraknya diperkirakan antara 15-20 m. Uniknya, macan tutul itu hanya diam dan mengamati apa yang dilakukan Edi.

Karena takut, Edi memutuskan untuk kembali ke perkampungan dengan berjalan perlahan menjauhi macan tutul tersebut. Lokasinya ke perkampungan perkiraan antara 1-2 km. Saat berjalan menjauhi, macan tutul itu sempat mengikutinya sejauh kurang lebih 500 m dan kemudian menghilang. Kembali masuk area hutan.

Tak hanya sekali itu saja, Minggu (4/12/2022), Edi mengaku melihat macan tutul berukuran dewasa. Ini merupakan pertemuan keduanya dengan satwa liar tersebut. Saat itu dirinya tengah mengurus kebun jahenya. Namun, kali ini jaraknya lebih jauh.

Dua warga Dusun Kampung Anyar lainnya yang mengaku melihat macan tutul mengatakan, jumlahnya banyak. Tak hanya satu atau dua. Sebab, ukuran yang dilihat bermacam-macam. Ada yang dewasa, sedang, dan anakan.

Namun, ada hal menarik menurut penuturan masyarakat Dusun Kampung Anyar. Ini adalah kali pertama ada satwa liar turun hingga ke wilayah tersebut. Warga mengaku, saat aktivitas Gunung Raung meningkat, tidak pernah ada satwa liar yang turun melintas di perkampungan. Dengan kata lain, ini adalah pertama kalinya si macan tutul diketahui beraktivitas di Desa Sumberarum.

Sayangnya, saat itu kemunculan macan tutul ini hanya jadi cerita dari mulut ke mulut. Tak ada bukti berupa foto atau video. Tidak mungkin juga seorang petani yang sedang mengurus ladangnya membawa kamera atau ponsel ketika beraktivitas.

Meski demikian, cerita kemunculan macan tutul ini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Banyuwangi saat itu. Apalagi, ketika dengan jelas saya menuliskan bahwa ini adalah pertama kalinya ada macan tutul yang beraktivitas di sana.

Ditambah, konfirmasi yang saya peroleh dari Agung Tri Subekti sebagai pengamat Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung. Agung menjelaskan, tak ada peningkatan aktivitas gunung api tertinggi ketiga di Jawa Timur itu.

Isu ini kemudian mereda dan menghilang, sampai akhirnya pada Senin (2/1/2023) kemarin, Kades Sumberarum kembali mengunggah sebuah video. Dalam video tersebut terlihat seekor macan tutul sedang beristirahat di dahan pohon.

Perekam menyorotnya dengan lampu senter. Namun, satwa liar itu tampak tidak terganggu. Dengan nyaman, macan tutul berukuran sedang itu melanjutkan istirahatnya. Seolah, sudah terbiasa bertemu dengan manusia.

Rekaman tersebut kemudian beredar luas. Pantauan saya, hingga Senin malam, rekaman video tersebut sudah tiba hingga media nasional. Artinya, kemunculan macan tutul di lereng Gunung Raung ini akhirnya menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Tak hanya masyarakat Banyuwangi saja.

Tertarik dengan video tersebut, tak lama setelah mendapat informasi awal dari Lurah Internasional lewat WhatsApp, saya putuskan langsung meluncur ke Balai Desa Sumberarum. Kades Toni ternyata sudah menunggu di sana. Langsung, saya tanyakan perihal video tersebut.

Video tersebut ternyata direkam oleh pengelola Wisata Telunjuk Raung. Kades Toni langsung mengarahkan saya untuk menggali informasi langsung dari perekamnya, Sugeng Setyawan. Selain itu, Kades juga memberitahukan jika Polsek Songgon baru saja memeriksa lokasi.

Saya kemudian langsung menghubungi Kapolsek Songgon AKP Eko Darmawan untuk menggali informasi awal dari hasil penyelidikannya di lokasi. Sesudahnya, saya kemudian pamit ke Kades Sumberarum untuk menuju ke lokasi Wisata Telunjuk Raung yang letaknya sekitar 8 km dari balai desa.

Sesampainya di lokasi, saya langsung bertemu dengan Sugeng. Pria berusia 41 tahun tersebut langsung mengajak saya menuju lokasi kemunculan macan tutul yang berhasil diabadikan lewat kamera ponselnya.

Sugeng menjelaskan, kemunculan macan tutul itu terjadi saat malam pergantian tahun. Sabtu (31/12), kira-kira pukul 22.00, dia melihat seekor macan tutul yang beristirahat di dahan pohon anggrung. Letaknya cukup dekat dari kantin dan toilet. Hanya sekitar 20 m di sisi utaranya.

Sugeng dan 12 rekannya yang jaga malam di sana, kemudian mengamati dan merekam aktivitas macan tutul tersebut. Menurut Sugeng, macan tutul yang dijulukinya "Si Raung" itu sempat turun untuk memburu seekor kera. Saat ada di dahan, dirinya melihat macan tutul itu sudah mengincar seekor kera. Setelah puas makan, Si Raung kembali ke tempatnya beristirahat sebelumnya di dahan pohon anggrung. Macan tutul itu kemudian meninggalkan lokasinya beristirahat saat subuh. Sekitar pukul 04.00, Minggu (1/1).

Saat malam pergantian tahun itu, lanjut Sugeng, ada sekitar 150 pengunjung dewasa yang sedang berkemah di area perkemahan. Letaknya kurang lebih sekitar 75 m dari lokasi kemunculan Si Raung.

Sugeng sendiri mengaku, dirinya merekam Si Raung dari jarak yang cukup dekat. Sekitar 7-10 m. Saya juga diajak untuk melihat langsung posisinya merekam dan posisi Si Raung saat direkam. Terkonfirmasi, jaraknya kira-kira antara 7-10 m saja.

Si Raung, menurut Sugeng, mungkin merupakan pesan pembawa keberuntungan. Ia merasa, setelah munculnya Si Raung, jumlah pengunjung langsung membludak. Saya sendiri lebih yakin kalau ramainya pengunjung karena memang momen libur tahun baru. Tapi, bisa jadi juga memang karena adanya Si Raung.

Kemunculan macan tutul di lereng Gunung Raung ini akhirnya menyisakan pertanyaan. Apa kira-kira penyebab Panthera pardus ini memutuskan beraktivitas di area itu? Hanya masalah waktu saja hingga nanti pertanyaan ini bisa terjawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun