Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

155 Tahun Perkeretaapian Indonesia dan Pekerjaan Rumah yang Belum Terselesaikan

10 Agustus 2022   11:52 Diperbarui: 15 Agustus 2022   04:01 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api|Dok PT Kereta Api Indonesia (Persero) via Kompas.com

KRL yang menggunakan energi listrik dalam operasionalnya. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
KRL yang menggunakan energi listrik dalam operasionalnya. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Satu hal yang menarik belakangan ini adalah Indonesia turut berpartisipasi dalam mencapai target nol karbon pada tahun 2060. Namun, prasarana perkeretaapian di Indonesia sendiri hingga sekarang masih belum bisa dikatakan memadai untuk mencapai target tersebut.

Elektrifikasi jalur kereta api adalah istilah untuk menyebutkan peralihan energi yang digunakan untuk operasional kereta api dari awalnya menggunakan bahan bakar fosil seperti high speed diesel (HSD) menjadi listrik. Dengan peralihan tersebut, emisi karbon yang dihasilkan oleh moda transportasi kereta api akan berkurang dan bahkan mencapai nol.

Hingga saat ini, elektrifikasi jalur kereta api baru dinikmati oleh masyarakat di sekitar Jabodetabek dan Yogyakarta-Solo. Sementara untuk jalur lainnya, saat ini masih belum ada pengembangan untuk elektrifikasi.

Sebagian besar energi yang digunakan untuk operasional kereta api di Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil. Meskipun pada praktiknya kini sudah dicampur dengan biodiesel hasil olahan minyak kelapa sawit.

Minimnya Riset dan Pengembangan Sektor Perkeretaapian

Ilustrasi riset dan pengembangan. (Sumber: Photo by Pexels/Abby Chung)
Ilustrasi riset dan pengembangan. (Sumber: Photo by Pexels/Abby Chung)

Negara-negara yang memiliki jalur kereta api juga memiliki prioritas dalam riset dan pengembangan. Hal ini dilakukan untuk mencapai target sarana dan prasarana perkeretaapiannya menjadi lebih andal, efisien, dan berdaya saing.

Namun, tampaknya hal ini masih belum menjadi prioritas bagi Indonesia yang juga memiliki jalur kereta api. Padahal, riset dan pengembangan ini sangat penting dalam menciptakan inovasi baru yang mana pada akhirnya juga akan membuat perkeretaapian itu sendiri menjadi moda transportasi andalan bagi masyarakat.

Perlu adanya ekosistem riset dan pengembangan yang didukung oleh operator, regulator, dan perguruan tinggi. Meskipun mahal dan hasilnya tidak bisa instan digunakan pada jangka pendek, namun pada jangka panjang hasil riset dan pengembangan ini akan menjadi sangat bermanfaat.

Coba bayangkan, apa jadinya perusahaan seperti General Electric, Hyundai Rottem, Electro Motive Diesel, Nippon Sharyo, dan lain sebagainya jika tidak ada dukungan dari riset? Apakah produknya akan ikut mewarnai jalur kereta api di Indonesia hingga saat ini?

Memang, kita memiliki Industri Kereta Api (INKA), yang sudah sangat baik dalam menyediakan produk kereta dan gerbong tak berpenggerak. Namun, INKA juga perlu didukung dengan ekosistem riset yang baik untuk bisa menyediakan produk sarana kereta api yang semakin baik di masa mendatang.

Sarana Perkeretaapian belum Sesuai Ekspektasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun