Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Melihat Keindahan Matahari Terbenam dari Kereta Api Gajayana

27 Juli 2022   10:26 Diperbarui: 29 Juli 2022   03:45 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta Api Gajayana. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bagi warga Kota Malang dan sekitarnya pasti sudah tidak asing dengan Kereta Api Gajayana. Kereta api yang melayani rute Malang-Gambir pp ini sudah mulai beroperasi mulai 28 Oktober 1999 silam, sehingga pasti sudah tidak asing di telinga masyarakat pengguna kereta api.

Penamaan dari kereta api inipun juga tidak jauh-jauh dari tokoh raja di kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Malang Raya yaitu Kerajaan Kanjuruhan. Raja tersebut memerintah sekitar tahun 760-789 dan namanya diabadikan menjadi nama kereta api ini.

Kereta Api Gajayana pertama kali beroperasi dengan menawarkan layanan kelas campuran eksekutif dan bisnis. 

Per Oktober 2008 hinga saat ini, Gajayana konsisten melayani penggunanya dengan kelas eksekutif. Pada tahun 2019, Gajayana juga mulai menambahkan layanannya dengan kereta kelas luxury generasi kedua atau yang biasa disebut sleeper train.

Setiap harinya, kereta api ini membawa sekitar 8 kereta kelas eksekutif, 1 kereta kelas luxury,  1 kereta makan, dan 1 kereta pembangkit. Untuk rangkaiannya sendiri dimiliki dan dirawat oleh Depo Sarana Kereta Malang.

Waktu tempuh dari kereta api ini sekitar 12 jam 33 menit dari Malang menuju Jakarta dan sebaliknya. Sementara, untuk jarak tempuhnya sendiri sekitar 905 km. Ini menjadikan Gajayana sebagai salah satu kereta api aktif yang melayani rute terpanjang saat ini.

Sesuai dengan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2021, Gajayana memiliki nomor perjalanan 71-72. 

Kereta api ini dijadwalkan berangkat dari Stasiun Malang pada pukul 14.25 WIB dan tiba di Gambir pada pukul 03.03 WIB. Kemudian dari Stasiun Gambir diberangkatkan pada pukul 18.40 WIB dan tiba di Stasiun Malang pada pukul 07.09 WIB.

Karena Gajayana adalah kereta api komersial, maka tarifnyapun bervariasi. Untuk jarak terjauh atau perjalanan penuh dari Malang menuju Jakarta dan sebaliknya tarif yang ditetapkan antara Rp485.000,00-705.000,00.

Sedangkan untuk kelas eksekutif dan Rp1.000.000,00-1.200.000,00 untuk kelas luxury. Tarif yang disebutkan bisa saja lebih murah untuk perjalanan dengan tiket parsial atau promo.

Manjakan Pelanggan dengan Pemandangan Indah

Kereta Api Gajayana bisa menjadi pilihan kereta api lanjutan bagi pengguna kereta api dari wilayah timur untuk menuju ke Jakarta. 

Pengguna kereta api dari wilayah Banyuwangi, Jember, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan bisa memanfaatkan Kereta Api Tawangalun untuk menuju ke Malang.

Setelah itu bisa melanjutkan perjalanannya ke wilayah Blitar, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Madiun, Solo, Yogyakarta, Kutoarjo, Kebumen, Kroya, Purwokerto, Cirebon, dan Gambir. Waktu tunggu untuk transit tidak terlalu lama, hanya sekitar  1,5-2 jam saja.

Gajayana yang melakukan perjalanan dari Malang menuju Gambir akan memanjakan pelanggan kereta api dengan pemandangan indah khas Malang selatan, Blitar, Tulungagung, dan Kediri. 

Sepanjang perjalanan, pelanggan bisa melihat persawahan, Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Karangkates di perbatasan Malang dan Blitar, melintasi terowongan kembar Eka Bakti Karya dan Dwi Bakti Karya, serta melihat matahari terbenam di petak jalur antara Stasiun Kediri dan Kertosono.

Selain itu, bagi pelanggan yang ingin merasakan layanan kereta kelas luxury lebih lama, Kereta Api Gajayana bisa menjadi pilihan yang pas. 

Dengan waktu tempuh yang lama, pelanggan tidak akan rugi membayar tarif sebesar Rp1-1,2 juta untuk merasakan perjalanan dengan layanan kereta kelas luxury.

Jadwal perjalanan Kereta Api Gajayana yang menembus gelapnya malam juga menjadi nilai tambah untuk kereta api ini. 

Pelanggan bisa memanfaatkan waktu untuk beristirahat malam sepanjang perjalanan dan bangun di waktu pagi dalam kondisi segar untuk melanjutkan aktivitasnya.

Mahal dan Perlu Perbaikan Fasilitas Rangkaian

Dengan berbagai kelebihan yang telah dijelaskan sebelumnya, Kereta Api Gajayana masih memiliki pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. 

Hal ini dikarenakan tarif yang dibayarkan masih kurang sesuai dengan fasilitas yang didapatkan, terutama bagi pengguna kelas eksekutif.

Sejak tahun 2009, Gajayana menggunakan rangkaian kereta kelas eksekutif khusus buatan Industri Kereta Api (INKA). Kereta eksekutif tersebut memiliki ciri khas kaca kecil seperti pesawat. 

Saat menggunakan rangkaian tersebut, tarif dan layanan yang ditawarkan bisa dibilang sangat baik. Namun, tidak dengan rangkaian yang digunakan sekarang.

Saat ini, Gajayana menggunakan rangkaian kelas eksekutif buatan INKA yang diproduksi pada tahun 2016 atau biasa disebut eksekutif new image. 

Sayangnya, kereta kelas eksekutif ini memiliki peredam suara kabin yang tidak terlalu baik atau cenderung berisik serta suspensi bogie yang kurang baik ketika dipacu dalam kecepatan tinggi, sehingga goncangan masih begitu terasa.

Dengan penggunaan rangkaian new image tersebut, Gajayana menawarkan tambahan layanan yaitu kabin yang lebih luas, jarak antar tempat duduk yang lebih lega, dan penutup kaca yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, tidak dengan sandaran kaki atau footrest-nya. 

Fasilitas sandaran kaki di Kereta Api Gajayana cukup menyiksa karena tidak dapat dikunci posisinya. Berbeda dengan yang digunakan oleh kereta kelas eksekutif produksi 2018-2019 stainless steel yang dapat dikunci sehingga pengguna tidak perlu menahan dengan kaki jika ingin meluruskan kaki.

Kesimpulan

Gajayana boleh mendapat penilaian 3,5 dari 5 versi saya, yang sudah mencoba perjalanan full trip dari Malang menuju Jakarta pada 1 Juni 2022. Banyak yang berubah dibandingkan Gajayana yang dulu baik dari segi layanan kelas maupun tarifnya.

Tarif yang mahal bisa ditoleransi mengingat kereta api ini menggunakan layanan kelas eksekutif generasi baru, meskipun bukan yang terbaru, serta jarak dan waktu tempuhnya yang jauh. 

Namun, untuk tarif dengan nominal tersebut rasanya mahal jika melihat kekurangan yang ada pada layanan keretanya.

Sebagai pembanding, ada Kereta Api Bima dengan tarif yang lebih murah, jarak dan waktu tempuh yang relatif lebih pendek, namun layanan keretanya lebih baik, tidak bising, tahan goncangan dalam kecepatan tinggi, dan tentunya fasilitas footrest yang lebih baik. 

Hal tersebut dikarenakan Bima menggunakan rangkaian kelas eksekutif buatan tahun 2018 atau eksekutif stainless steel.

Masih perlu dilakukan perbaikan pada rangkaian new image oleh pihak INKA selaku produsen agar layanan kereta ini menjadi lebih baik ke depannya. 

Selain itu, Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai operator bisa mempertimbangkan untuk mengganti rangkaian kereta api ini dengan rangkaian yang lebih layak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun