Mohon tunggu...
Lugas Rumpakaadi
Lugas Rumpakaadi Mohon Tunggu... Jurnalis - WotaSepur

Wartawan di Jawa Pos Radar Banyuwangi yang suka mengamati isu perkeretaapian.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mau Dibawa ke Manakah Arah Buletin Kinara?

26 Juli 2022   11:21 Diperbarui: 26 Juli 2022   11:22 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis. (Sumber: Pexels/Ivan Sankov)

Penulisan Buletin Kinara mulai memasuki edisi keempat di tahun 2022 ini. Buletin ini digagas oleh peserta pelatihan jurnalistik lintas iman Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di Jemaat Jombang dan Komisi Kerukunan Antar Umat Majelis Agung (KAUM MA) GKJW pada tahun 2019 lalu.

Kinara pertama kali terbit pada 25 Juli 2019 atau sekitar 3-4 bulan sejak diadakannya pelatihan jurnalistik yang dihadiri oleh 2 perwakilan dari 14 Majelis Daerah (MD) GKJW se-Jawa Timur. Isi dari buletin ini adalah hasil karya peserta pelatihan tersebut.

Sayapun termasuk salah satu peserta pelatihan yang diutus oleh Pendeta Kristanto, pendeta baku GKJW Jemaat Banyuwangi saat itu, untuk mewakili MD Besuki Timur dalam pelatihan perdana tersebut. Di tahun 2019, program pelatihan ini termasuk baru pertama kali diadakan oleh GKJW, karena sebelumnya belum pernah ada pelatihan serupa.

Pelatihan penulisan jurnalistik lintas iman dilaksanakan di GKJW Jemaat Jombang dengan narasumber Trianom Suryandharu, warga GKJW Jemaat Malang. Selama 2 hari, Mas Anom, panggilan akrabnya, melatih peserta dari 14 MD tersebut.

Pada hari pertama, Sabtu, peserta diperkenalkan dengan berbagai model penulisan artikel jurnalistik hingga brainstorming untuk mencari topik yang menarik. Kemudian pada hari kedua, Minggu, peserta dilepas ke lapangan untuk mencari informasi menarik dan mencari bahan untuk penulisan buletin yang akan diterbitkan ini.

Terdapat 2 lokasi yang ditunjuk sebagai tempat bagi peserta untuk mengumpulkan bahan menulis. Peserta dibagi menjadi 2 kelompok, di mana kelompok pertama menuju ke Pondok Pesantren Shiddiqiyah dan kelompok kedua menuju ke Pondok Pesantren Tebu Ireng.

Hasil kunjungan peserta pelatihan jurnalistik lintas iman ini kemudian dikumpulkan dalam bentuk artikel tertulis. Kumpulan artikel tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk cetak dan majalah digital bernama Kinara, yang kemudian dibagikan kepada seluruh MD dan mitra umat lintas iman GKJW.

Penamaan Kinara pada buletin ini terinspirasi pada mitologi Agama Budha yaitu sepasang angsa penjaga Pohon Kalpataru (pohon kehidupan) yang melambangkan kesetiaan dan cinta. Selain itu, ada pula yang  mengartikan Kinara sebagai sebuah titik pertemuan.

Dari 2 makna tersebut, Buletin Kinara diharapkan mampu menjadi titik pertemuaan sebagai wujud kebersamaan. Pertemuan yang diharapkan mampu menyatukan perbedaan antar umat beragama lewat tulisan jurnalisme positif, yang termuat di dalamnya.

Tantangan Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 mulai menyebar di penjuru tanah air sejak diumumkannya kasus pertama pada bulan Maret 2020 silam. Pandemi ini, rupanya juga menjadi tantangan bagi Kinara yang baru menerbitkan edisi perdananya tahun lalu.

Kinara, hasil karya dari peserta pelatihan jurnalistik lintas iman GKJW ini, sejatinya akan diagendakan sebagai program rutin tahunan oleh KAUM MA GKJW. Adanya pandemi membuat pelatihan di tahun 2020 menjadi tertunda. Seharusnya, kegiatan ini dilaksanakan pada bulan yang sama dengan tahun sebelumnya.

Pelatihan pada tahun 2020 baru terealisasi pada penghujung tahun. Sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, pelatihan dilaksanakan melalui media pertemuan daring Zoom. Namun, hal ini tidak menyurutkan peserta pelatihan untuk mengikutinya.

Peserta pelatihan pada tahun 2020 masih sama dengan tahun sebelumnya, yaitu dari 14 MD ditambah dengan pemuda perantau GKJW yang tergabung dalam Komunitas Berbasis Mahasiswa (KBM). Konsep pelatihan juga masih sama dengan tahun sebelumnya, hanya saja melalui media daring karena masih menyebarnya kasus Covid-19.

Mas Anom, kembali ditunjuk untuk menjadi narasumber peserta pelatihan jurnalistik lintas iman ini. Saya dan beberapa rekan yang pernah mengikuti program ini di tahun 2019 juga kembali mengikuti pelatihan ini.

Pada bulan Desember 2020, Buletin Kinara edisi kedua, akhirnya berhasil terbit. Masih dengan konsep buletin cetak dan digital seperti tahun sebelumnya, namun perbedaannya, hasil tulisan peserta kebanyakan berasal dari pengalaman menjalin relasi lintas iman masing-masing. Tidak mengumpulkan bahan seperti tahun sebelumnya, mengingat kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan.

Meskipun demikian, edisi kedua akhirnya juga terdistribusi dengan baik kepada 14 MD di GKJW serta mitra umat beragama lintas iman. Arsipnya juga masih tersimpan di website resmi GKJW hingga saat ini.

Masa Pemulihan dan Minat Peserta Generasi Muda Semakin Menurun

Indonesia mulai memasuki masa pemulihan pasca pandemi Covid-19 di tahun 2021 dengan mulai didistribusikannya vaksin dan penggalakan program vaksinasi. Meskipun sempat mengalami ledakan kasus positif di awal semester, kasus penularan kemudian mulai menurun perlahan seiring dengan pertumbuhan jumlah orang yang divaksin.

Masa ini juga dimanfaatkan oleh Kinara untuk mulai menyusun kembali buletin edisi ketiganya. Seperti yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya, isi dari buletin didapatkan dari para peserta pelatihan jurnalistik dari 14 MD.

Pelatihan ini masih dipandu oleh Mas Anom dan dilaksanakan melalui media daring Zoom seperti tahun sebelumnya. Namun, yang mulai menjadi perhatian saya adalah mulai menurunnya peserta dari generasi muda. Hanya ada 3 pemuda, termasuk saya, yang masih setia mengikuti pelatihan ini sejak pertama kali program ini dilaksanakan di tahun 2019.

Penurunan ini menyebabkan isi artikel dari buletin edisi ketiga yang terbit pada bulan Oktober 2021 ini, didominasi oleh pendeta dan peserta dari kalangan warga jemaat dewasa. Hanya ada 1 peserta dari pemuda, yang juga ikut sejak pelatihan tahun 2019, yang artikelnya termuat dalam buletin. Saya sendiri memutuskan untuk tidak mengirimkan tulisan saya pada edisi ketiga tahun 2021 untuk memberikan kesempatan kepada peserta yang baru.

Penyusunan Edisi Keempat dan Keresahan Narasumber

Baru kemarin, Senin (25/7/2022), saya kembali diminta oleh KAUM MD Besuki Timur untuk menjadi perwakilan dalam pelatihan jurnalistik ke-4. Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, pelatihan dilakukan melalui media pertemuan daring Zoom.

Berdasarkan surat undangan digital yang saya terima, peserta yang diundang untuk mengikuti pelatihan ini juga masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu dari 14 MD. Namun, yang menjadi perhatian saya adalah undangan tersebut tidak merinci harus ada peserta dari generasi muda dan bahkan tidak memenuhi kaidah workshop seperti yang telah dilaksanakan pada pelatihan sebelumnya, di mana peserta tidak lagi diminta untuk membuat artikel tertulis untuk kemudian dibahas pada saat workshop.

Benar saja, saat Zoom berlangsung, peserta didominasi oleh para pendeta yang menjadi pegiat lintas iman di jemaat maupun di lingkup MA, serta peserta dari warga jemaat dewasa yang juga menjadi pegiat lintas iman. Yang bertahan dari tahun 2019, tinggal saya dan Mas Anom.

Iseng, saya mengambil foto saat Zoom meeting berlangsung untuk dijadikan story di akun Instagram pribadi. Dalam foto itu, saya mention akun Mas Anom dengan caption, "Workshop lagi bersama @(akun Instagram Mas Anom)".

Tidak selang beberapa lama, Mas Anom menghubungi saya melalui pesan pribadi di Instagram dengan sapaan, "Halo". Sayapun membalasnya dengan basa-basi, "Akhirnya bertemu lagi di kegiatan rutin tahunan".

Obrolan kemudian berlanjut dengan Mas Anom yang menyampaikan bahwa penggarapan buletin seharusnya sudah dilanjutkan oleh generasi yang lebih muda. "Mbok ya sampeyean saja yang nangani garap media itu, sudah waktunya lho," tulisnya.

Memang selama 3 edisi, Mas Anom menjadi penanggung jawab dalam menggarap Buletin Kinara. Bahkan di tahun keempat ini, Mas Anom, kembali ditunjuk menjadi narasumber, namun Mas Anom menyatakan hanya mau membantu dalam proses editing saja. "Tahun ini saya sudah gak bersedia garap lagi. Paling banter, ya bantu editing."

Keresahan Saya, Kritik, dan Saran untuk Kinara

Kinara adalah salah satu tempat saya bertumbuh. Dari yang tidak bisa menulis dengan baik, sampai bisa menulis seperti sekarang ini. Beberapa proses belajar menulis, saya dapatkan dari Kinara. Tentu saja hal ini membuat rasa memiliki saya pada buletin ini cukup besar.

Ada keresahan dari saya sebagai peserta yang telah mengikuti pelatihan jurnalistik lintas iman ini. Pertama adalah penurunan jumlah peserta terutama dari generasi muda dan yang kedua adalah stagnasi perkembangan dan distribusi buletin ini.

Jumlah peserta dari generasi muda menurun drastis dalam 4 kali pelatihan. Pada pelatihan pertama ada banyak peserta dari generasi muda yang ikut, namun pada pelatihan keempat kemarin, jumlahnya menurun drastis.

Menurut saya, generasi muda perlu diajak untuk ikut berpartisipasi, karena masa depan kerukunan antar umat beragama di jemaatnya masing-masing ada di tangan mereka. Mampu atau tidaknya jemaat dalam menyampaikan pesan perdamaian dan kerukunan antar umat beragama harus segera dimulai dari mengajak generasi muda untuk menjadi agen perdamaian dan kerukunan tersebut.

Kemudian, mengenai stagnasi dalam perkembangan buletin ini adalah dari media dan distribusinya, yang dalam 3 menjelang 4 edisi ini masih menggunakan metode lawas yaitu buletin cetak yang didistribusikan ke MD dan cetak yang disematkan (embed) di website GKJW.

Akibatnya, hanya kalangan tertentu saja yang mengenal dan mungkin pernah membaca isi dari Buletin Kinara. Padahal, Buletin Kinara seharusnya memiliki visi untuk mengabarkan perdamaian dan menjaga kerukunan kepada masyarakat luas, tidak hanya kalangan tertentu saja.

Visi tersebut dapat dicapai dengan memperluas jangkauan distribusi menggunakan media yang lebih baru yaitu daring. Website GKJW seharusnya mampu menjadi wadah distribusi dari buletin ini, tidak hanya menjadi sematan saja, namun menjadi wadah artikel dari buletin ini.

Sejak awal sebelum Kinara lahir, baik saya dan Mas Anom memiliki visi yang sama untuk buletin ini. Bahkan, kami sepakat bahwa seharusnya buletin ini disajikan dalam bentuk daring, sehingga jangkauan tulisan menjadi lebih luas dan bisa memangkas biaya produksi cetak.

Sayangnya, KAUM MA yang memiliki program ini, bisa dikatakan lambat dalam merespon hal tersebut. Mereka berpendapat bahwa tulisan-tulisan yang akan diterbitkan perlu ditinjau lebih dahulu untuk menjaga "citra baik" gereja.

Padahal, hal yang ditakutkan oleh para pucuk pengurus GKJW ini bisa dicari jalan keluarnya. Mereka tinggal membuat kebijakan redaksi dan panduan bagi para kontributornya. Kebijakan dan panduan tersebut dapat dirapatkan dengan partisipasi dan masukan dari para penulis yang pernah mengikuti pelatihan jurnalistik tersebut.

Kinara, menurut pandangan saya saat ini, masih memiliki masa depan yang abu-abu. Tidak jelas bagaimana perkembangan ke depannya. Bisa jadi tetap hidup sebagai pemenuhan kebutuhan PKT saja, atau mati dalam keabadian karena kegagalan dalam mencari, melatih, dan mengembangkan potensi generasi mudanya. Jadi, mau dibawa ke manakah arah Buletin Kinara?

Lampiran

Buletin Kinara Edisi I/2019 | Buletin Kinara Edisi II/2020 | Buletin Kinara Edisi III/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun