Akibatnya, hanya kalangan tertentu saja yang mengenal dan mungkin pernah membaca isi dari Buletin Kinara. Padahal, Buletin Kinara seharusnya memiliki visi untuk mengabarkan perdamaian dan menjaga kerukunan kepada masyarakat luas, tidak hanya kalangan tertentu saja.
Visi tersebut dapat dicapai dengan memperluas jangkauan distribusi menggunakan media yang lebih baru yaitu daring. Website GKJW seharusnya mampu menjadi wadah distribusi dari buletin ini, tidak hanya menjadi sematan saja, namun menjadi wadah artikel dari buletin ini.
Sejak awal sebelum Kinara lahir, baik saya dan Mas Anom memiliki visi yang sama untuk buletin ini. Bahkan, kami sepakat bahwa seharusnya buletin ini disajikan dalam bentuk daring, sehingga jangkauan tulisan menjadi lebih luas dan bisa memangkas biaya produksi cetak.
Sayangnya, KAUM MA yang memiliki program ini, bisa dikatakan lambat dalam merespon hal tersebut. Mereka berpendapat bahwa tulisan-tulisan yang akan diterbitkan perlu ditinjau lebih dahulu untuk menjaga "citra baik" gereja.
Padahal, hal yang ditakutkan oleh para pucuk pengurus GKJW ini bisa dicari jalan keluarnya. Mereka tinggal membuat kebijakan redaksi dan panduan bagi para kontributornya. Kebijakan dan panduan tersebut dapat dirapatkan dengan partisipasi dan masukan dari para penulis yang pernah mengikuti pelatihan jurnalistik tersebut.
Kinara, menurut pandangan saya saat ini, masih memiliki masa depan yang abu-abu. Tidak jelas bagaimana perkembangan ke depannya. Bisa jadi tetap hidup sebagai pemenuhan kebutuhan PKT saja, atau mati dalam keabadian karena kegagalan dalam mencari, melatih, dan mengembangkan potensi generasi mudanya. Jadi, mau dibawa ke manakah arah Buletin Kinara?
Lampiran
Buletin Kinara Edisi I/2019 | Buletin Kinara Edisi II/2020 | Buletin Kinara Edisi III/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H