Di era digital ini, mungkin tidak ada orang yang tidak tergiur dengan dunia maya. Keinginan untuk eksis di media sosial, berbagi cerita dan opini, atau sekadar menampilkan hobi membuat media sosial menjadi panggung utama banyak orang. Namun, bagaimana jika kita sendiri termasuk salah satu orang yang terus menerus merasa minder? Bisakah kita tetap eksis tanpa kehilangan jati diri, tanpa melanggar atau melupakan nilai-nilai agama yang selama ini kita yakini?
Inilah dilema yang sering kita hadapi sebagai umat Islam. Media sosial tentu memberikan kita kesempatan yang tiada habisnya untuk berekspresi dan berkreasi, namun sebagai umat beriman, kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai moral, etika, dan agama di dunia maya ini.
Dunia Virtual, Tak Selalu Sempurna
Memiliki sifat tidak percaya diri dan selalu merasa minder atau rendah diri merupakan salah satu sifat negatif yang terdapat di dalam diri seseorang. Apa yang kita rasakan saat perasaan minder melanda, selalu membandingkan diri dengan “kesempurnaan” orang lain di dunia maya. Kenyataannya, apa yang dilihat di media sosial hanyalah bagian terbaik dari hidup seseorang.
Bagi sebagian orang, media sosial memang menjadi tempat yang sempurna untuk membangun citra diri, mencari persetujuan, atau sekadar mencari hiburan. Sebagai orang beriman, penting untuk diingat bahwa hidup bukan hanya tentang mendapatkan “like” atau “follower”. Allah tidak menilai tindakan kita berdasarkan popularitas kita di dunia maya, melainkan berdasarkan niat kita dan cara kita dalam menggunakan media sosial.
Bisa dikatakan bahwa rendah diri itu adalah sikap pengabaian akan potensi besar yang ada pada setiap diri manusia, yang mana potensi itu merupakan anugerah dari Allah swt, guna membuat umatnya agar tidak terlalu percaya diri sehingga menyebabkan ia memiliki rasa sombong, mengagungkan diri sendiri, sehingga ia merendahkan orang lain yang berada di bawahnya. Allah membenci orang yang menyombongkan diri; merasa lebih hebat dari siapapun. Ketidaksukaan Allah terhadap orang yang sombong tertuang dalam surah Al-Lukman ayat 18.
Namun, jika perasaan rendah diri ini terlalu kuat tentu tidak baik, sehingga bisa saja menyebabkan rasa iri dengki, tidak bersyukur dengan apa yang sudah Allah berikan, bahkan yang lebih parah lagi dapat menjerumuskan pada hal-hal yang buruk. Islam mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai harkat dan martabat yang tinggi. Tidak disarankan untuk meremehkan diri sendiri. Sebaliknya, kita harus menghargai diri sendiri dan percaya pada kemampuan yang telah Allah berikan.
Eksis Sesungguhnya, Menjaga Privasi Adalah Kunci
Menjaga privasi bukan hanya soal untuk keamanan maupun kewajiban sosial, tetapi juga salah satu bentuk ibadah. Islam mengajarkan konsep menjaga aurat, baik secara fisik maupun dalam perilaku, seperti halnya dalam Q.S. An-Nur ayat 27-28. Islam sesungguhnya bukan hanya mengakui keberadaan hak privasi, tetapi juga berusaha melindungi hak privasi. Hal ini bisa saja mencakup kehati-hatian dalam bertutur kata, menjaga hubungan, dan membatasi hal-hal yang sebaiknya tidak diumbar.
Namun, di dunia maya, batasan yang kita pertahankan sering kali hilang. Misalnya, unggahan sederhana dengan niat baik untuk berbagi inspirasi dapat disalahartikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Komentar yang tidak pantas pun akan ditampilkan. Kerentanan data pribadi terhadap kejahatan dunia maya saja sudah cukup untuk menimbulkan potensi ancaman pelanggaran privasi. Dengan modal data pribadi, seseorang atau kelompok dapat mengancam tiga hal ini, baik reputasi, tubuh, pikiran, dan harta. Oleh karena itu, perlindungan data pribadi merupakan bagian dari maqashidus syariah, tujuan syariat Islam yang harus dicapai bersama.
Tips Menjaga Privasi Di Dunia Maya
1.Buat kata sandi yang kuat
Jangan gunakan kata sandi yang mudah ditebak. Gunakan kata sandi yang panjang dan kombinasikan huruf, angka, serta simbol. Sebaiknya hindari menggunakan nama asli atau informasi lain yang dapat dengan mudah ditebak orang lain.
2.Hindari mengklik link secara sembarangan
Perlu diingat, link dari sumber ketiga dapat mengarahkan ke situs berbahaya atau merugikan. Sebelum mengklik, pastikan pengirimnya dapat dipercaya dengan memeriksa URL dan alamat email pengirim untuk memastikan keasliannya. Tindakan ini membantu mencegah risiko bahaya, termasuk potensi manipulasi melalui rekayasa sosial yang bertujuan memperoleh data pribadi.
3.Tidak Memberikan Informasi Penting Secara Sembarangan
Hindari mempublikasikan data seperti nomor identitas, alamat rumah, atau nomor telepon di media sosial atau situs web yang tidak terpercaya. Penjahat siber sering menggunakan informasi yang tampaknya sepele untuk melakukan serangan yang lebih besar, seperti pencurian identitas atau penipuan keuangan.
4.Menerapkan enkripsi
Enkripsi bekerja dengan mengacak segala sesuatu yang kamu kirim melalui jaringan. Hal ini mencegah pihak lain menyatukan aktivitas jaringan dari informasi yang di masukkan ke situs yang dikunjungi.
Jadikanlah Dunia Maya Sebagai Ladang Kebaikan
Dunia maya merupakan salah satu peluang untuk berdakwah dan berbagi kebaikan. Gunakan platform-platform tersebut untuk menyebarkan ayat-ayat Al-Qur’an, hadis, atau konten yang positif dan inspiratif lainnya, Jangan menyebarkan berita atau konten palsu yang dapat menimbulkan perselisihan.
Apa yang kita unggah, tulis, dan bagikan menjadi kesaksian dihadapan Allah, dan kita memilih untuk menjadi teladan yang baik di dunia maya. Oleh karena itu, gunakan media sosial dengan penuh tanggung jawab. Daripada berjuang untuk sekedar eksis, biarkan aktivitas di dunia maya membawa kebaikan dan mendekatkan pada keridhaan-Nya.
Berada di dunia maya tidak mengharuskan kita kehilangan jati diri atau melanggar nilai-nilai yang sudah kita yakini. Dengan menjaga privasi, tetap beriman, dan berbagi hal positif, bisa menjadi bagian dari dunia digital yang sehat dan bermakna. Karena itu, tidak perlu takut untuk berpartisipasi, asalkan bertindak bijaksana dan penuh tanggung jawab.
Hanya karena berada di dunia maya, kita tidak boleh melupakan hakikat hidup kita sebagai hamba Allah. Dengan begitu, kita tidak hanya eksis di dunia maya, tapi juga bisa mencatat amal shaleh kita di akhirat. Daripada merasa iri, jadikan konten orang lain sebagai inspirasi. Keunikan yang kita kumpulkan adalah nilai, jadi fokuslah pada apa yang bisa dibagikan, sekecil apa pun.
Sumber:
Lia Mupliha, "Rendah Diri Perspektif Al-qur’an (Studi atas Tafsir al-Misbah Karya M. Quraish Shihab), Skripsi, Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalonga, 2023.
https://ntt.kemenag.go.id/opini/821/jangan-remehkan-diri-sendiri-dalam-pandangan--islam
https://mandiriamalinsani.or.id/rendah-hati-jangan-rendah-diri/
https://csirt.grobogan.go.id/posts/tips-melindungi-data-pribadi-di-internet-agar-lebih-aman
https://uici.ac.id/8-tips-menjaga-keamanan-digital/
https://humic.telkomuniversity.ac.id/id/langkah-langkah-melindungi-data-pribadi-di-era-digital/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H