Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Perang Tarif Trump dan Implikasi Global

2 Februari 2025   18:30 Diperbarui: 2 Februari 2025   18:30 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS09692CNfWG-X-aFbpRTRtQZX-v2E7G5QVFg&usqp=CAU

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberlakukan tarif signifikan terhadap Meksiko, Kanada, dan China mencerminkan perlawanannya terhadap globalisasi. Pendekatan proteksionis itu dapat dianggap radikal dan berpotensi mengganggu arsitektur perdagangan internasional. 

Tarif Trump berkisar 25% pada impor barang-barang dari Meksiko dan Kanada, serta 10% pada barang-barang China. Kebijakan itu telah benar-benar mendekonstruksi rezim perdagangan bebas yang telah dibangun selama beberapa dekade terakhir.

Argumentasi utama Trump berbasis pada isu keamanan nasional, terutama terkait imigrasi ilegal dan peredaran narkoba. Isu keamanan nasional juga yang dipakai Trump untuk melarang produk-produk China, termasuk Huawei, mobil listrik, dan, terkahir, DeepSeek AI.

Namun, langkah ini tampaknya lebih menjelaskan pendekatan unilateral yang berpotensi menimbulkan konsekuensi ekonomi global yang destruktif. Menurut data CNN, tarif ini berisiko menimbulkan kenaikan harga barang konsumen dan gangguan rantai pasokan yang signifikan.

Melawan Globalisasi

Perspektif globalisasi yang dikembangkan oleh pemikir seperti Thomas Friedman dalam "The World is Flat" secara diametral bertentangan dengan kebijakan Trump. Menurut Friedman (2005), globalisasi mendorong keterhubungan ekonomi tanpa batas. 

Sementara itu, tarif Trump justru membangun tembok ekonomi yang membatasi pertukaran barang dan jasa. Reaksi balasan ketiga negara-negara itu sangat jelas.

Kanada mengumumkan tarif balasan 25% pada produk AS senilai $155 miliar. Lalu, Meksiko dan China juga mempersiapkan langkah kontra. 

Perang tarif itu berpotensi memicu siklus destruktif perang dagang yang dapat melemahkan ekonomi global. Rantai pasokan global bakal terpengaruh kebijakan unilateral dalam bentuk tarif. 

Meski tidak langsung terdampak, resiko eskalasi konflik perdagangan global patut diwaspadai Indonesia. Sebagai negara dengan ketergantungan ekspor yang signifikan, Indonesia berpotensi menjadi korban tidak langsung dari disrupsi perdagangan internasional.

Indonesia berpotensi menjadi target berikutnya dalam kebijakan proteksionisme Trump. Surplus perdagangan Indonesia dengan AS, meski tidak sebesar Tiongkok atau Meksiko, bisa menjadi alasan bagi administrasi Trump untuk memperluas cakupan tarifnya. 

Terlebih, isu-isu seperti perdagangan nikel dan mineral strategis lainnya bisa menjadi pemicu ketegangan perdagangan bilateral. Selain itu, industri manufaktur Indonesia yang terintegrasi dengan rantai pasok global juga akan merasakan dampak tidak langsung. 

Kenaikan biaya komponen dari Tiongkok dan gangguan pada rantai pasok regional dapat meningkatkan biaya produksi. Resiko itu juga bisa mendorong relokasi industri dari negara-negara yang terkena tarif ke Indonesia. 

Kemungkinan itu bisa saj terjadi jika pemerintah dapat menawarkan insentif dan iklim investasi yang menarik. Meski begitu, realokasi rantai pasok global dan pergeseran dinamika perdagangan bisa saja menciptakan ketidakpastian ekonomi. 

Tarif Trump secara fundamental bertentangan dengan prinsip-prinsip World Trade Organization (WTO) yang mendorong perdagangan bebas dan non-diskriminasi. 

Pendekatan unilateral itu tidak hanya melanggar norma-norma perdagangan internasional, tetapi juga berpotensi merusak institusi multilateralisme yang telah dibangun selama beberapa dekade.

Argumen keamanan nasional Trump terkait imigrasi dan narkoba tampak lebih sebagai retorika politis daripada strategi komprehensif. Data menunjukkan kompleksitas isu imigrasi dan perdagangan narkoba yang tidak dapat diselesaikan semata-mata dengan tarif.

Tarif Trump bukan sekadar kebijakan perdagangan, melainkan manifestasi dari paradigma "America First" yang berpotensi menghancurkan arsitektur ekonomi global. 

Pendekatan proteksionis ini tidak hanya mengancam kepentingan ekonomi internasional, tetapi juga mendemontrasikan kemunduran dari prinsip-prinsip globalisasi dan kerja sama multilateral.

Sumber: 1.https://www.cnn.com/2025/02/01/politics/mexico-canada-china-tariffs-trump/iindex.html

2.https://www.whitehouse.gov/fact-sheets/2025/02/fact-sheet-president-donald-j-trump-imposes-tariffs-on-imports-from-canada-mexico-and-china/,.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun