"Wah, boleh tuh! Sekalian refreshing sebelum balik ke Melbourne," jawab mas Dab antusias. Sore itu, sambil menikmati secangkir flat white di kedai kopi dekat Sky Tower, mas Dab termenung. Auckland memang berbeda.Â
Di sini, berbagai budaya tidak sekadar hidup berdampingan, tapi benar-benar berbaur. Mungkin ini yang membuat presentasinya tadi pagi tentang konflik etnis terasa lebih bermakna.Â
Di tengah dunia yang sering terpecah oleh perbedaan, Auckland seperti memberi contoh bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan. Besok dia akan menghabiskan hari terakhirnya di Auckland dengan festival budaya Asia.Â
Tapi hari ini, nasi goreng Indonesia, sushi Jepang, dan kimchi Korea yang dinikmati sambil menonton tarian haka sudah cukup memberinya pelajaran tentang indahnya perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H