Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Gencatan Senjata: Menuju Perdamaian Antara Israel-Palestina?

16 Januari 2025   23:10 Diperbarui: 17 Januari 2025   07:27 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gencatan senjata yang direncanakan mulai berlaku pada hari Minggu mendatang membawa harapan baru bagi upaya perdamaian di Timur Tengah. Konflik yang terus berlarut antara Israel dan Palestina telah menyebabkan penderitaan luar biasa bagi kedua belah pihak, khususnya masyarakat sipil di Gaza yang telah mengalami blokade selama bertahun-tahun. 

Meskipun gencatan senjata kali ini dapat dilihat sebagai langkah maju, tantangan besar masih mengintai. Sejarah panjang konflik, pelanggaran kesepakatan sebelumnya, dan dinamika politik kedua pihak menimbulkan keraguan tentang keberlanjutan kesepakatan ini. 

Untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, diperlukan analisis mendalam tentang peluang dan ancaman yang mungkin terjadi.

Rapuhnya perdamaian

Sejarah konflik antara Israel dan Palestina dipenuhi dengan pelanggaran terhadap berbagai kesepakatan gencatan senjata. Israel, dalam beberapa kesempatan, dituduh melanggar perjanjian dengan melakukan serangan udara atau operasi militer di wilayah Gaza, meskipun perjanjian tersebut dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan. 

Ada banyak contohnya. Misalnya, setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon pada tahun 2024, Israel dilaporkan melakukan hampir seribu pelanggaran dalam waktu satu bulan. Pelanggaran itu mencakup serangan udara dan penembakan di wilayah Lebanon selatan, yang justru memperburuk ketegangan. 

Dalam kasus konflik dengan Hamas, Israel juga pernah melanjutkan serangan militer hanya beberapa hari setelah kesepakatan gencatan senjata dengan alasan adanya ancaman dari kelompok tersebut. Pola ini menunjukkan adanya tantangan mendalam dalam membangun kepercayaan antara pihak-pihak yang bertikai.

Faktor utama penyebab terjadinya pelanggaran kesepakatan itu sering kali berkaitan dengan masalah keamanan nasional. Israel, sebagai negara yang terus-menerus menghadapi ancaman dari kelompok bersenjata Palestina, cenderung mengambil tindakan preventif ketika mendeteksi adanya potensi serangan. 

Langkah-langkah ini sering kali dianggap melanggar kesepakatan gencatan senjata oleh komunitas internasional dan pihak Palestina, meskipun Israel melihatnya sebagai langkah defensif yang sah. 

Faktor lainnya adalah tekanan politik domestik di Israel menjadi faktor lain yang memperumit situasi. Pemerintah Israel kerap menghadapi tekanan dari kelompok politik konservatif dan masyarakatnya untuk menunjukkan ketegasan dalam melawan ancaman keamanan. 

Akibat tekanan domestik itu, pemerintah sering kali lebih memilih tindakan militer dibandingkan dengan dialog atau diplomasi. Gejolak domestik juga muncul di Israel setelah kesepakatan gencatan senjata itu. 

Sebaliknya, rakyat Palestina, khususnya di Gaza, menyambut genjatan senjata itu sebagai semacam 'kemenangan', walau sementara. Setelah berbulan-bulan dibombardir serangan Israel, mereka dengan sukacita menyambut peluang perdamaian.

Ketidakpercayaan yang mendalam antara Israel dan Palestina juga menjadi faktor ketiga penghambat utama gencatan senjata. Sejarah konflik yang panjang telah menciptakan persepsi bahwa pihak lain tidak dapat dipercaya untuk mematuhi kesepakatan.

Konsekuensinya adalah masing-masing pihak merasa perlu mengabil tindakan preventif atau balasan yang pada akhirnya memicu eskalasi konflik. Ketidakpercayaan ini diperparah oleh ketidakjelasan dalam implementasi perjanjian, termasuk kurangnya pemantauan independen yang dapat memastikan kedua pihak benar-benar mematuhi kesepakatan.

Jika pelanggaran kembali terjadi, dampaknya dapat sangat merusak peluang perdamaian di masa depan. Pelanggaran, terutama oleh Israel yang memiliki kekuatan militer lebih besar, dapat memicu serangan balasan dari kelompok bersenjata Palestina. 

Situasi ini hanya akan memperburuk siklus kekerasan yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Selain itu, setiap pelanggaran akan semakin memperdalam ketidakpercayaan antara kedua belah pihak, membuat negosiasi di masa depan semakin sulit untuk dilakukan. 

Bagi masyarakat sipil, terutama di Gaza, konflik yang berlanjut hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan yang telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Setiap perdamaian tampaknya selalu diiringi dengan kekawatiran terjadinya konflik selanjutnya.

Peluang perdamaian

Meskipun tantangan ini tampak besar, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan peluang keberhasilan gencatan senjata dan membangun perdamaian yang lebih berkelanjutan. 

Salah satu langkah penting adalah melibatkan pemantau internasional dalam memastikan implementasi gencatan senjata. Kehadiran pemantau independen dapat memberikan kepercayaan tambahan kepada kedua belah pihak bahwa kesepakatan akan ditegakkan secara adil. 

Selain itu, dialog berkelanjutan antara Israel dan Palestina perlu didorong untuk menyelesaikan insiden kecil sebelum berkembang menjadi konflik besar. Dialog ini harus difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral, seperti PBB atau negara-negara yang memiliki kepentingan dalam stabilitas kawasan, seperti Amerika Serikat (AS).

Tekanan diplomatik dari masyarakat internasional juga memainkan peran penting. AS, yang memiliki pengaruh besar terhadap Israel, dapat menggunakan posisinya untuk memastikan bahwa Israel mematuhi kesepakatan. 

Negara-negara Arab, terutama Mesir yang sering bertindak sebagai mediator, juga memiliki tanggung jawab untuk mendorong pihak Palestina agar tetap berkomitmen terhadap perjanjian. 

Perdamaian positif

Dalam studi perdamaian, gencatan senjata merupakan bagian penting bagi terciptanya perdamaian negatif. Dengan kondisi tanpa konflik bersenjata dalam periode waktu tertentu,  perdamaian negatif dapat melangkah ke tahapan perdamaian positif. 

Pada tahapan kedua, upaya untuk meningkatkan kualitas hidup di Gaza harus menjadi prioritas. Rekonstruksi infrastruktur yang hancur akibat konflik, penyediaan bantuan kemanusiaan, dan pembukaan akses ekonomi dapat membantu mengurangi ketegangan dan mendorong stabilitas.

Gencatan senjata kali ini adalah kesempatan penting untuk menghentikan siklus kekerasan yang telah berlangsung terlalu lama. Memang keberhasilannya sangat bergantung pada komitmen kedua belah pihak untuk mematuhi kesepakatan dan mengambil langkah-langkah nyata menuju perdamaian. 

Masyarakat internasional juga memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan keberlanjutan perjanjian ini melalui tekanan diplomatik, bantuan kemanusiaan, dan pemantauan independen. 

Tanpa langkah-langkah itu, peluang perdamaian positif bakal secara tiba-tiba menjadi sirna dan penderitaan masyarakat sipil, khususnya di Gaza, akan terus berlanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun