Akibat tekanan domestik itu, pemerintah sering kali lebih memilih tindakan militer dibandingkan dengan dialog atau diplomasi. Gejolak domestik juga muncul di Israel setelah kesepakatan gencatan senjata itu.Â
Sebaliknya, rakyat Palestina, khususnya di Gaza, menyambut genjatan senjata itu sebagai semacam 'kemenangan', walau sementara. Setelah berbulan-bulan dibombardir serangan Israel, mereka dengan sukacita menyambut peluang perdamaian.
Ketidakpercayaan yang mendalam antara Israel dan Palestina juga menjadi faktor ketiga penghambat utama gencatan senjata. Sejarah konflik yang panjang telah menciptakan persepsi bahwa pihak lain tidak dapat dipercaya untuk mematuhi kesepakatan.
Konsekuensinya adalah masing-masing pihak merasa perlu mengabil tindakan preventif atau balasan yang pada akhirnya memicu eskalasi konflik. Ketidakpercayaan ini diperparah oleh ketidakjelasan dalam implementasi perjanjian, termasuk kurangnya pemantauan independen yang dapat memastikan kedua pihak benar-benar mematuhi kesepakatan.
Jika pelanggaran kembali terjadi, dampaknya dapat sangat merusak peluang perdamaian di masa depan. Pelanggaran, terutama oleh Israel yang memiliki kekuatan militer lebih besar, dapat memicu serangan balasan dari kelompok bersenjata Palestina.Â
Situasi ini hanya akan memperburuk siklus kekerasan yang telah berlangsung selama beberapa dekade. Selain itu, setiap pelanggaran akan semakin memperdalam ketidakpercayaan antara kedua belah pihak, membuat negosiasi di masa depan semakin sulit untuk dilakukan.Â
Bagi masyarakat sipil, terutama di Gaza, konflik yang berlanjut hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan yang telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Setiap perdamaian tampaknya selalu diiringi dengan kekawatiran terjadinya konflik selanjutnya.
Peluang perdamaian
Meskipun tantangan ini tampak besar, ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan peluang keberhasilan gencatan senjata dan membangun perdamaian yang lebih berkelanjutan.Â
Salah satu langkah penting adalah melibatkan pemantau internasional dalam memastikan implementasi gencatan senjata. Kehadiran pemantau independen dapat memberikan kepercayaan tambahan kepada kedua belah pihak bahwa kesepakatan akan ditegakkan secara adil.Â
Selain itu, dialog berkelanjutan antara Israel dan Palestina perlu didorong untuk menyelesaikan insiden kecil sebelum berkembang menjadi konflik besar. Dialog ini harus difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral, seperti PBB atau negara-negara yang memiliki kepentingan dalam stabilitas kawasan, seperti Amerika Serikat (AS).