Meski begitu, perbedaan kepentingan dan tingkat ketergantungan ekonomi terhadap China di antara negara-negara anggota seringkali membuat ASEAN sulit untuk mengambil sikap yang lebih tegas.
Menariknya, di tengah ketegangan Laut China Selatan, China justru menunjukkan sikap yang lebih konstruktif dalam isu-isu internasional lainnya. Sebagai contoh, Ma'ruf Amin mengapresiasi dukungan China terhadap gencatan senjata di Palestina dan Deklarasi Beijing yang mendukung kemerdekaan Palestina.Â
Kompleksitas hubungan China-ASEAN, di mana kerja sama dan ketegangan berjalan beriringan tampaknya menjadi kondisi umum hubungan internasional paska-Perang Dingin.
Inkonsistensi sikap China dalam penanganan konflik Laut China Selatan dapat dijelaskan oleh beberapa faktor, yaitu:Â
Pertama, adanya perbedaan antara kepentingan nasional jangka panjang China dengan taktik jangka pendek dalam mengamankan klaimnya di Laut China Selatan.Â
China menyadari pentingnya hubungan baik dengan ASEAN untuk stabilitas regional dan pertumbuhan ekonomi, namun di saat yang sama tidak ingin melepaskan klaimnya atas wilayah maritim yang strategis.
Kedua, struktur pengambilan keputusan di China yang kompleks. Kerumitan itu melibatkan berbagai lembaga dengan kepentingan yang kadang bertentangan, dapat menghasilkan kebijakan yang tampak tidak konsisten dari luar.Â
Misalnya, sikap diplomatik Kementerian Luar Negeri bisa jadi berbeda dengan tindakan agresif Angkatan Laut atau Coast Guard China di lapangan. Perbedaan antara sikap diplomatik di meja perundingan dan tindakan di lapangan sudah terlalu sering dipertontonkan China hingga saat ini.
Ketiga, China mungkin menganut strategi "stick and carrot" dalam menghadapi ASEAN. Di satu sisi menawarkan kerja sama ekonomi dan dialog, sementara di sisi lain tetap melanjutkan tindakan-tindakan unilateral untuk memperkuat posisi tawarnya dalam negosiasi masa depan.
Respons negara-negara ASEAN terhadap sikap China ini cenderung berhati-hati. Di satu sisi, mereka terus mendorong penyelesaian damai dan penghormatan terhadap hukum internasional. Namun di sisi lain, sebagian besar negara ASEAN juga menghindari konfrontasi langsung dengan China, mengingat pentingnya hubungan ekonomi dengan negara tersebut.
Strategi ASEAN dalam menghadapi masalah ini meliputi beberapa aspek: