Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Potensi Perang Besar di Timur Tengah Akibat Konflik Israel-Iran

4 Oktober 2024   22:45 Diperbarui: 6 Oktober 2024   15:11 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konflik Israel-Iran (Freepik/Rawf8.com)

Peran AS

Keterlibatan negara-negara besar, seperti Amerika Serikat (AS), dalam konflik ini juga memperlihatkan bagaimana dinamika kekuatan global mempengaruhi stabilitas di Timur Tengah. AS, sebagai sekutu kuat Israel, memiliki kepentingan untuk menjaga keunggulan militer Israel di kawasan tersebut. 

Dukungan Amerika terhadap Israel tidak hanya berupa bantuan militer, tetapi juga upaya diplomatik untuk memastikan bahwa Iran tidak berhasil mengembangkan senjata nuklir. Namun, hal ini seringkali memicu Iran untuk semakin memperkuat pertahanan dan militernya, menciptakan siklus kekerasan yang sulit dipecahkan.

Salah satu aspek penting dalam memahami potensi perang besar ini adalah kegagalan diplomasi. Upaya untuk mencapai kesepakatan nuklir baru antara Amerika Serikat dan Iran telah menemui jalan buntu, sementara ketegangan terus meningkat. 

Presiden Joe Biden memperingatkan bahwa jika jalur diplomasi gagal, konflik yang lebih besar di Timur Tengah akan sulit dihindari. Biden menekankan bahwa kegagalan kesepakatan nuklir ini akan "membuka pintu" bagi eskalasi militer yang tidak hanya melibatkan Israel dan Iran, tetapi juga sekutu-sekutu mereka di kawasan.

Sedangakan pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dalam beberapa kesempatan menuduh negara-negara Barat, terutama AS, sebagai biang keladi dari eskalasi konflik ini.

Khamenei menyatakan bahwa intervensi negara-negara Barat di Timur Tengah hanya memperburuk situasi dan merongrong kedaulatan negara-negara di kawasan tersebut. Menurutnya, ketergantungan pada kekuatan militer oleh negara-negara Barat justru memperpanjang konflik yang ada.

Argumen Khamenei sejalan dengan pandangan Kenneth Waltz (1979) bahwa ketidakstabilan internasional seringkali disebabkan oleh distribusi kekuasaan yang tidak merata dan tindakan hegemonik negara-negara besar.

Kekuatan militer negara-negara besar seringkali menjadi sumber ketidakstabilan karena mereka memicu perlombaan senjata dan eskalasi konflik di kawasan-kawasan yang rentan.

Dengan Israel dan Iran yang terus memperkuat posisi militer mereka, potensi perang besar di Timur Tengah semakin mendekati kenyataan. Sementara upaya diplomasi tetap berjalan, banyak analis yang pesimis bahwa konflik ini bisa diselesaikan secara damai. 

Hal ini terutama karena baik Israel maupun Iran menempatkan keamanan nasional di atas segala-galanya. Dalam konteks realisme, keamanan hanya bisa dicapai melalui kekuatan militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun