Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Indonesia Pasca-Jokowi, di Antara Barat dan China?

23 September 2024   11:52 Diperbarui: 26 September 2024   13:57 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo (kiri) dan Prabowo Subianto (kanan). (KOMPAS/Wawan H Prabowo)

3. Kondisi ekonomi masing-masing blok. Prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan menjadi pertimbangan penting. 

4. Akses pasar yang ditawarkan. Seberapa besar peluang ekspor yang dibuka oleh masing-masing blok.

5. Insentif ekonomi dan non-ekonomi. Tawaran investasi, bantuan pembangunan, hingga jaminan keamanan.

Melihat tren pada saat ini, blok Barat masih memiliki daya tarik yang kuat bagi Indonesia. Porsi perdagangan dengan AS dan Eropa masih signifikan. 

Meskipun pertumbuhan ekonomi China lebih tinggi selama beberapa dekade terakhir, namun tren perlambatan ekonomi China belakangan ini menjadi pertimbangan tersendiri. 

Di sisi lain, blok Barat terutama Uni Eropa berpotensi menawarkan akses pasar yang lebih besar dibanding AS atau China yang cenderung semakin proteksionis. Inisiatif seperti EU Global Gateway, juga menunjukkan keinginan Eropa untuk lebih terbuka pada kerja sama dengan negara berkembang.

Namun demikian, pilihan ideal bagi kebijakan luar negeri Indonesia tetaplah untuk tidak harus memilih secara eksklusif salah satu blok. Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki kepentingan untuk tetap menjaga hubungan ekonomi yang seimbang dengan berbagai pihak. 

Pilihan untuk berafiliasi terlalu erat dengan salah satu blok berpotensi membatasi ruang gerak ekonomi dan diplomatik Indonesia di masa depan. Karena itu, pemerintahan pasca-Jokowi perlu mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai "negara tengah" yang bisa bermitra dengan semua pihak. 

Dengan posisi itu, Indonesia dapat mengambil peran strategis, misalnya: mendorong penguatan institusi multilateral seperti WTO untuk menjaga sistem perdagangan global yang terbuka; berperan aktif dalam inisiatif regional seperti RCEP untuk menyeimbangkan pengaruh blok-blok ekonomi besar; meningkatkan daya saing ekonomi domestik agar tidak terlalu bergantung pada satu mitra dagang. 

Selain itu, Indonesia berpeluang memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai global di sektor-sektor strategis; memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal untuk meningkatkan daya tawar; memperkuat kerja sama Selatan-Selatan dengan sesama negara berkembang sebagai penyeimbang; dan, membangun kapasitas diplomasi ekonomi untuk bernegosiasi dengan berbagai pihak.

Tantangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun