Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Indonesia Pasca-Jokowi, di Antara Barat dan China?

23 September 2024   11:52 Diperbarui: 26 September 2024   13:57 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah era kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) berakhir pada 20 Oktober 2024, Indonesia akan menghadapi tantangan baru dalam menentukan arah kebijakan luar negerinya. Tantangan itu terutama terkait hubungan dengan kekuatan-kekuatan ekonomi global, seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan China. 

Sebagai salah satu negara "in-between" atau negara berkembang yang tidak secara otomatis berafiliasi dengan blok ekonomi tertentu, Indonesia memiliki posisi yang unik namun juga dilematis di tengah fragmentasi ekonomi global. Posisi ini cenderung berbeda dengan pemerintahan Sukarno yang cenderung ke Uni Soviet dan/atau China. Berbeda pula dengan pemerintahan Suharto yang mendekat ke AS.

Presiden terpilih Prabowo Subianto telah lama menegaskan posisi Indonesia di antara dua kekuatan besar itu. Bagi Prabowo, Indonesia harus menjadi jembatan bagi AS dan China (the Jakarta Post, 17/8/2021).

Selama beberapa dekade terakhir, negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah mendapatkan keuntungan dari diversifikasi hubungan perdagangan mereka. Data menunjukkan bahwa porsi perdagangan dengan China meningkat hampir tiga kali lipat, sementara porsi perdagangan dengan negara-negara maju menurun. 

Namun yang menarik, volume perdagangan secara keseluruhan tetap tumbuh kuat, termasuk dengan negara-negara maju. Artinya, Indonesia dan negara berkembang lainnya sebenarnya masih berdagang lebih banyak dengan semua pihak dibandingkan era sebelumnya.

Namun, tren geopolitik global mengarah pada pembentukan blok-blok ekonomi yang lebih terintegrasi secara internal dan cenderung lebih tertutup terhadap pihak luar. Jika kecenderungan ini berlanjut, Indonesia mau tidak mau harus mulai mempertimbangkan untuk memilih afiliasi yang lebih kuat dengan salah satu blok, entah itu blok Barat (AS-Eropa) atau blok China.

Tribunnews.com
Tribunnews.com

Beberapa faktor ini akan mempengaruhi pilihan Indonesia, seperti:

1. Geografi. Secara geografis, Indonesia lebih dekat dengan China. Namun kedekatan dengan Australia juga memberi akses ke blok Barat.

2. Sumber daya alam. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh semua pihak, memberinya daya tawar dalam hubungan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun