Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Asia Tenggara Masih Penting Bagi AS Setelah Biden?

21 September 2024   12:08 Diperbarui: 22 September 2024   07:27 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony J Blinken berjalan saat akan berfoto bersama ketika mengikuti Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (PMC) bersama Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (14/7/2023). | ANTARA/M RISYAL HIDAYAT via Kompas.id

Melemahnya posisi AS di Asia Tenggara berpotensi menghambat pencapaian tujuan strategisnya di Indo-Pasifik. Tanpa dukungan kuat dari Sekutu dan mitra di kawasan, kemampuan AS untuk membendung pengaruh Tiongkok akan terbatas. 

Akibatnya, upaya AS mengimplementasikan strategi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka menjadi semakin sulit (Kuok, 2024). AS tidak leluasa lagi memberikan insentif ekonomi atau pertahanan secara bersamaan kepada berbagai negara, seperti pada masa Perang Dingin.

Prospek ke Depan: Harris vs Trump

Jika Kamala Harris terpilih menjadi Presiden AS, kemungkinan besar akan melanjutkan pendekatan pemerintahan Biden terhadap Asia Tenggara. Harris diperkirakan akan mempertahankan fokus pada penguatan aliansi dan kemitraan di kawasan untuk mengimbangi Tiongkok. 

Namun, Harris mungkin akan lebih menekankan isu-isu seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan perubahan iklim yang berpotensi menimbulkan gesekan dengan beberapa pemerintah di Asia Tenggara (Parameswaran, 2023).

Di bidang ekonomi, Harris kemungkinan akan melanjutkan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang diinisiasi Biden. Namun, tanpa pembukaan akses pasar AS yang lebih luas, IPEF mungkin tetap kurang menarik dibandingkan inisiatif ekonomi Tiongkok bagi negara-negara ASEAN (Capri, 2023). Harris juga diperkirakan akan mempertahankan pendekatan multilateral melalui forum-forum regional seperti KTT AS-ASEAN.

Sementara itu, jika Donald Trump kembali menjadi Presiden, kemungkinan akan terjadi pergeseran signifikan dalam kebijakan AS terhadap Asia Tenggara. Trump diperkirakan akan menerapkan pendekatan yang lebih transaksional dan bilateral. 

Fokus Trump mungkin akan lebih pada keseimbangan perdagangan dan burden-sharing dalam aliansi pertahanan dibandingkan isu-isu seperti demokrasi atau HAM. Di bidang ekonomi, Trump kemungkinan akan membatalkan IPEF dan kembali menggunakan tarif sebagai instrumen kebijakan perdagangan. 

Prediksi ini berpotensi memperburuk hubungan ekonomi AS dengan negara-negara ASEAN. Trump juga diperkirakan akan bersikap lebih konfrontatif terhadap Tiongkok, yang dapat meningkatkan ketegangan di kawasan.

Pendekatan Trump yang cenderung unilateral dan tidak terlalu memperhatikan institusi multilateral seperti ASEAN juga dapat memperlemah posisi AS di kawasan. Negara-negara Asia Tenggara mungkin akan semakin condong ke arah Tiongkok jika merasa AS kurang berkomitmen terhadap kawasan.

Langkah ke Depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun