Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pilkada Jawa Timur 2024 di Tangan Tiga Srikandi

31 Agustus 2024   08:41 Diperbarui: 1 September 2024   05:46 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2024 telah menjadi sorotan publik dengan keunikan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah pilkada Indonesia, tiga kandidat perempuan akan bertarung memperebutkan kursi gubernur di provinsi terbesar kedua di Indonesia ini. 

Fenomena ini tidak hanya menarik dari segi kesetaraan gender dalam politik, tetapi juga menampilkan dinamika persaingan yang sengit. Ketiga tokoh perempuan terkemuka itu memiliki latar belakang dan basis dukungan yang berbeda.

Kedua hal itu terlepas dari kenyataan bahwa mereka diusulkan oleh partai-partai politik berbeda, mewakili pertarungan kepentingan politik antara koalisi penguasa dan oposisi, serta bahwa mereka berasal dari tradisi kultur agama yang hampir sama.

Tiga srikandi itu adalah Khofifah Indar Parawansa (incumbent), Tri Rismaharini, dan Luluk Nur Hamidah. Masing-masing membawa pengalaman, visi, dan strategi yang unik dalam upaya merebut hati pemilih Jawa Timur.

Khofifah Indar Parawansa, petahana yang telah memimpin Jawa Timur sejak 2019, kembali maju dengan menggandeng Emil Elestianto Dardak sebagai wakilnya.

Dukungan koalisi 15 partai, termasuk Gerindra, Golkar, dan Demokrat, menjadi modal kuat baginya. Khofifah dikenal dengan program-program pro-rakyat dan pengalamannya yang panjang di pemerintahan pusat sebagai mantan Menteri Sosial.

Tri Rismaharini, yang akrab disapa Risma, maju dengan dukungan PDI Perjuangan dan menggandeng Gus Hans sebagai calon wakil gubernur.

Mantan Wali Kota Surabaya dan Menteri Sosial ini membawa track record keberhasilannya memimpin Kota Surabaya dan pengalamannya di tingkat nasional. Risma dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang tegas dan inovatif.

Luluk Nur Hamidah, anggota DPR RI dari PKB, maju dengan dukungan partainya dan menggandeng Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai calon wakil gubernur.

Luluk membawa perspektif baru sebagai politisi muda yang vokal dalam isu-isu perempuan dan sosial.

Daya tarik

Pertarungan tiga srikandi ini menarik karena beberapa aspek:

KOMPAS.com
KOMPAS.com

1. Kesetaraan Gender dalam Politik

Fenomena ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam kesetaraan gender di ranah politik Indonesia. Jawa Timur, sebagai provinsi dengan populasi terbesar kedua di Indonesia, memberikan sinyal kuat bahwa masyarakat dan partai politik telah membuka ruang yang lebar bagi kepemimpinan perempuan. Kenyataan ini sejalan dengan tren global peningkatan partisipasi perempuan dalam politik dan pemerintahan.

2. Diversitas Latar Belakang dan Pengalaman

Ketiga kandidat memiliki latar belakang dan pengalaman yang beragam. Khofifah membawa pengalaman sebagai incumbent dan mantan menteri, Risma dengan track record sebagai wali kota sukses dan menteri, serta Luluk yang mewakili suara generasi yang lebih muda di parlemen. Keragaman ini memberikan pilihan yang kaya bagi pemilih Jawa Timur.

3. Pertarungan Ideologi dan Basis Dukungan

Masing-masing kandidat membawa ideologi dan basis dukungan yang berbeda. Khofifah dengan koalisi besar partai-partai nasionalis dan Islam moderat, Risma dengan dukungan kuat PDI Perjuangan, dan Luluk yang didukung PKB dengan basis Nahdlatul Ulama. Pertarungan ini akan menguji sejauh mana loyalitas pemilih terhadap partai dan ideologi yang mereka wakili.

4. Inovasi Kampanye dan Program

Dalam upaya memenangkan hati pemilih, ketiga kandidat dituntut untuk menampilkan inovasi dalam kampanye dan program yang ditawarkan. Khofifah akan fokus pada kontinuitas program-program yang telah berjalan, Risma kemungkinan akan membawa pengalaman suksesnya di Surabaya ke skala provinsi, sementara Luluk diharapkan membawa ide-ide segar dan perspektif kaum muda.

5. Peran Media Sosial dan Teknologi

Era digital membawa dimensi baru dalam kampanye politik. Ketiga kandidat harus mampu memanfaatkan media sosial dan teknologi untuk menjangkau pemilih, terutama generasi milenial dan Gen Z yang merupakan segmen signifikan dari pemilih Jawa Timur.

6. Isu-isu Krusial Jawa Timur

Pertarungan ini akan berfokus pada isu-isu krusial yang dihadapi Jawa Timur, seperti pemulihan ekonomi pasca-pandemi, pengentasan kemiskinan, pemerataan pembangunan, dan peningkatan kualitas pendidikan serta kesehatan. Kandidat yang mampu menawarkan solusi konkret dan realistis untuk masalah-masalah ini akan memiliki keunggulan.

7. Dinamika Politik Nasional

Pilkada Jatim 2024 tidak bisa dilepaskan dari konteks politik nasional. Posisi Jawa Timur sebagai provinsi besar membuat hasil pilkada ini akan memiliki dampak signifikan terhadap konstelasi politik nasional menjelang Pemilu 2024.

8. Potensi Koalisi dan Dealignment

Menarik untuk diamati bagaimana dinamika koalisi akan berkembang, terutama jika ada putaran kedua. Kemungkinan terjadinya dealignment atau pergeseran loyalitas pemilih dari afiliasi tradisional mereka juga menjadi faktor yang patut diperhatikan.

9. Peran Wakil Gubernur

Pemilihan calon wakil gubernur oleh masing-masing kandidat juga menarik untuk dianalisis. Khofifah mempertahankan Emil Dardak yang mewakili generasi milenial, Risma menggandeng Gus Hans yang memiliki latar belakang pesantren, sementara Luluk berpasangan dengan Gus Ipul yang memiliki pengalaman panjang di pemerintahan Jatim.

10. Respons Masyarakat

Survei menunjukkan bahwa mayoritas pemilih Jawa Timur terbuka terhadap calon gubernur perempuan. Namun, bagaimana respons masyarakat terhadap pertarungan tiga srikandi ini dalam praktiknya masih harus diamati lebih lanjut.

Pilkada Jawa Timur 2024 menawarkan pertarungan yang tidak hanya menarik dari segi politik, tetapi juga memiliki nilai historis dan sosiologis yang signifikan. Pertarungan tiga srikandi ini bukan sekadar kontes politik biasa, tetapi juga menjadi cermin dari perkembangan demokrasi dan kesetaraan gender di Indonesia. 

Pertarungan tiga Srikandi itu akan menjadi semacam test case, yaitu apakah pemenang pilkada nanti berasal dari koalisi pemenang pemilihan presiden 2024 atau bukan. Ujian itu juga berlaku di Pilkada Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jakarta.

Bagaimana pun hasilnya nanti, Pilkada Jatim 2024 akan menjadi tonggak penting dalam sejarah politik Indonesia, khususnya dalam hal representasi dan kepemimpinan perempuan di tingkat daerah. 

Masyarakat Jawa Timur kini memiliki kesempatan unik untuk memilih pemimpin berdasarkan kapabilitas dan visi, terlepas dari gender mereka, yang pada akhirnya diharapkan akan membawa kemajuan bagi provinsi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun