Keterbatasan kapasitas ASEAN dalam menghadapi kekuatan besar seperti China, serta prinsip non-interferensi yang terkadang membatasi kemampuan organisasi untuk mengambil tindakan tegas, semakin memperumit situasi.
Insiden terbaru yang melibatkan Filipina semakin menyoroti keterbatasan peran ASEAN. Dalam beberapa hari terakhir, Filipina menghadapi serangkaian tindakan provokatif dari China di wilayah yang disengketakan. Situasi ini menunjukkan bahwa meskipun ada upaya diplomatik ASEAN, China tetap melanjutkan tindakan-tindakan unilateral yang meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Dari kacamata realisme, keterbatasan ASEAN dalam menengahi konflik ini dapat dipahami sebagai refleksi dari struktur kekuasaan yang lebih luas di kawasan. Perbedaan kapabilitas yang signifikan antara China dan negara-negara ASEAN, serta keterlibatan Amerika Serikat sebagai kekuatan penyeimbang, menciptakan dinamika kompleks yang sulit diatasi oleh ASEAN sendiri.
Namun, di tengah berbagai tantangan ini, peran ASEAN tetap penting sebagai platform untuk dialog dan negosiasi. Kemampuan organisasi ini untuk terus memfasilitasi diskusi dan mencegah eskalasi konflik terbuka merupakan kontribusi signifikan terhadap stabilitas regional. Untuk menjadi lebih efektif dalam mediasi konflik Laut China Selatan, ASEAN perlu melakukan beberapa langkah strategis.
Pertama, memperkuat kohesi internal dan mencapai konsensus yang lebih kuat di antara negara-negara anggota.Â
Kedua, meningkatkan kapasitas diplomatik dan kemampuan negosiasi kolektif.Â
Ketiga, mengembangkan mekanisme yang lebih efektif untuk menangani pelanggaran terhadap perjanjian yang ada.Â
Keempat, mempercepat finalisasi Code of Conduct yang mengikat secara hukum. Dan kelima, meningkatkan kerja sama dengan kekuatan eksternal tanpa mengorbankan prinsip "ASEAN Centrality".
Ke depan, penyelesaian sengketa Laut China Selatan kemungkinan akan sangat dipengaruhi oleh pergeseran keseimbangan kekuatan di kawasan. Jika China terus tumbuh sebagai kekuatan dominan di Asia, negara ini mungkin akan semakin asertif dalam menegakkan klaimnya.Â
Di sisi lain, penguatan aliansi antara AS dan negara-negara Asia Tenggara dapat menciptakan keseimbangan kekuatan yang lebih stabil. Dalam konteks ini, ASEAN harus terus beradaptasi dan memperkuat perannya sebagai mediator dan fasilitator dialog. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, ASEAN tetap memiliki potensi untuk berkontribusi secara signifikan terhadap pengelolaan dan penyelesaian damai sengketa Laut China Selatan.Â
Namun, hal ini akan membutuhkan komitmen yang lebih kuat dari semua pihak yang terlibat, termasuk China dan kekuatan eksternal lainnya, untuk menghormati proses yang dipimpin ASEAN dan bekerja menuju solusi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.