Sebelum bertemu Putin, Prabowo juga telah melakukan kunjungan ke Tiongkok dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berusaha untuk tidak terjebak dalam polarisasi geopolitik dan tetap menjaga hubungan baik dengan semua pihak.
Namun, strategi penyeimbangan ini menghadapi tantangan serius. Konflik Ukraina telah memaksa banyak negara untuk memilih pihak, dan posisi netral Indonesia mungkin sulit dipertahankan dalam jangka panjang (Emmers, 2024).Â
Prabowo perlu berhati-hati agar kebijakan good neighbor tidak ditafsirkan sebagai dukungan terhadap agresi Rusia. Tafsir semacam ini dikawatirkan berpotensi merusak hubungan Indonesia dengan negara-negara Barat dan sekutunya di kawasan.
Di sisi lain, pertemuan ini juga mencerminkan keinginan Indonesia untuk memperluas dan memperdalam hubungan bilateral dengan berbagai negara, termasuk Rusia. Putin mengakui hubungan bilateral RI-Rusia dalam keadaan yang baik, terlihat dari kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan, pendidikan, dan sosial budaya.Â
Kabarnya, kedua negara juga menyepakati keberadaan kantor konsulat Rusia di Denpasar. Mungkin ada kepentingan yang lebih strategis ketimbang keberadaan Konsulat Rusia itu sekedar mengurus warga Rusia di Pulau Dewata.
Namun, peningkatan hubungan dengan Rusia harus diimbangi dengan pertimbangan terhadap sanksi internasional yang masih berlaku terhadap Moskow. Bagi Indonesia, sanksi internasional bagi Rusia tampaknya bukan menjadi ranah bilateral kedua negara.
Dalam konteks regional, good neighbor policy yang ditunjukkan melalui pertemuan Prabowo-Putin ini juga dapat memperkuat posisi Indonesia di ASEAN. Sebagai negara terbesar di kawasan, Indonesia memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas dan keseimbangan di Asia Tenggara (Acharya, 2023).Â
Dengan menjalin hubungan baik dengan berbagai kekuatan global, Indonesia dapat memainkan peran sebagai jembatan antara ASEAN dan negara-negara besar seperti Rusia, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Kebetulan saja Rusia memiliki kepentingan di Asia Tenggara melalui kedekatan tradisionalnya dengan Vietnam.Â
Namun, peran ini juga menghadirkan tantangan tersendiri. Perbedaan pandangan di antara negara-negara ASEAN mengenai isu-isu seperti Laut China Selatan dan hubungan dengan kekuatan besar dapat mempersulit posisi Indonesia.
Prabowo harus mampu menyeimbangkan kepentingan nasional Indonesia dengan kepentingan kolektif ASEAN, sambil tetap menjaga hubungan baik dengan negara-negara di luar kawasan.
Implementasi