keamanan data telah menjadi isu krusial dalam hubungan internasional (Choucri, 2012). Insiden peretasan dan kebocoran data yang terjadi di berbagai negara, termasuk peristiwa bobolnya Pusat Data Nasional Sementara di Indonesia, menjadi pengingat keras akan pentingnya menjaga privasi dan keamanan informasi pribadi maupun nasional.Â
Di era digital yang semakin terhubung secara global,Peristiwa-peristiwa ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi, keamanan nasional, dan hubungan diplomatik antar negara. Apalagi pada kasus selanjutnya, data-data strategis keamanan Indonesia menyangkut TNI dan Kepolisian juga diretas.
Dalam konteks hubungan internasional, keamanan siber telah menjadi domain baru dalam pertahanan nasional (Kello, 2013). Negara-negara kini tidak hanya harus waspada terhadap ancaman fisik, tetapi juga ancaman virtual yang dapat menimbulkan kerugian besar tanpa perlu melintasi batas negara secara fisik.Â
Serangan siber dapat menargetkan infrastruktur kritis, sistem keuangan, atau bahkan proses demokrasi suatu negara, seperti yang terjadi dalam kasus campur tangan asing dalam pemilihan umum di beberapa negara.
Kita ingat kecurigaan Amerika Serikat (AS) terhadap upaya-upaya Rusia mengganggu keamanan pemilihan presiden AS yang berujung pada terpilihnya Donald Trump pada waktu itu. Peretasan data dialami banyak negara dan membuat repot berbagai pemerintahan.
Bagi Indonesia, insiden kebocoran data nasional seharusnya menjadi titik balik bagi masyarakat untuk lebih memahami dan menghargai pentingnya keamanan data pribadi. Setiap individu perlu menyadari bahwa data pribadi mereka memiliki nilai yang signifikan, baik secara ekonomi maupun strategis.Â
Informasi, seperti nomor identitas, riwayat keuangan, atau bahkan preferensi pribadi dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang merugikan, mulai dari penipuan finansial hingga manipulasi perilaku sosial dan politik.
Untuk memulai langkah perlindungan data pribadi, individu dapat mengadopsi beberapa praktik dasar namun efektif. Pertama, penting untuk selalu berhati-hati dalam membagikan informasi pribadi, terutama di platform online (Acquisti et al., 2015).Â
Kedua, penggunaan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun online adalah langkah sederhana namun krusial. Ketiga, regularly memperbarui perangkat lunak dan sistem operasi adalah hal penting untuk menutup celah keamanan yang mungkin ditemukan.
Dalam memilah dan memilih data yang harus dibagikan, individu perlu mengembangkan pemahaman kritis tentang nilai dan risiko dari setiap jenis informasi pribadi.Â
Misalnya, nomor kartu kredit atau nomor jaminan sosial harus dijaga dengan sangat ketat dan hanya dibagikan dalam situasi yang benar-benar diperlukan dan aman.
Dari perspektif kebijakan nasional dan internasional, insiden keamanan siber seperti peretasan pusat data nasional harus menjadi katalis untuk penguatan regulasi dan kerjasama internasional dalam bidang keamanan siber.Â
Negara-negara perlu berinvestasi lebih banyak dalam infrastruktur keamanan siber, melatih tenaga ahli di bidang ini, dan mengembangkan protokol respons yang efektif terhadap serangan siber (Nye, 2017).
Selain itu, kerjasama internasional dalam pertukaran informasi dan praktik terbaik keamanan siber harus ditingkatkan. Mengingat sifat lintas batas dari ancaman siber, tidak ada satu negara pun yang dapat sepenuhnya mengamankan dirinya sendiri tanpa kerjasama global (Klimburg, 2017).
Berbagai macam kerjasama telah dilakukan berbagai negara dalam bidang cyber security. Indonesia juga tidak ketinggalan dalam menjalin kerjasama bilateral itu, seperti dengan Australia.
Forum-forum internasional seperti PBB atau organisasi regional dapat memainkan peran penting dalam memfasilitasi dialog dan kerjasama ini. Kesadaran di tingkat internasional, regional, bilateral, dan nasional sebenarnya menunjukkan kesadaran mengenai urgensi isu keamanan data ini di era digital.
Kenyataan itu mengungkapkan bahwa era digital telah membawa tantangan baru dalam keamanan data yang memerlukan respons komprehensif dari tingkat individu hingga level internasional. Kesadaran akan pentingnya keamanan data pribadi harus ditanamkan sejak dini melalui pendidikan dan kampanye publik.Â
Sementara itu, pemerintah dan organisasi internasional perlu terus mengembangkan kerangka hukum dan teknis untuk menghadapi ancaman siber yang terus berkembang.Â
Hanya dengan upaya bersama dari semua pihak, kita dapat membangun lingkungan digital yang lebih aman dan terpercaya, yang pada gilirannya akan mendukung perkembangan positif dalam hubungan internasional di era siber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H