Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sejarah dan Dinamika Kebijakan Luar Negeri Indonesia Sejak Reformasi 1998

7 Juli 2024   23:06 Diperbarui: 7 Juli 2024   23:09 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tantangan dan Dilema Kebijakan

Meskipun demikian, politik luar negeri Indonesia pasca-reformasi tidak lepas dari tantangan dan dilema. Salah satu isu utama adalah menyeimbangkan antara kepentingan domestik dan tanggung jawab internasional. Tuntutan domestik seringkali berbenturan dengan aspirasi Indonesia untuk memainkan peran global yang lebih besar. 

Hal ini terlihat misalnya dalam kebijakan Indonesia terhadap isu Laut China Selatan, di mana Jakarta harus berhati-hati menyeimbangkan kepentingan nasionalnya dengan perannya sebagai mediator di ASEAN.

Tantangan lain adalah dalam hal konsistensi kebijakan. Perubahan kepemimpinan pasca-reformasi seringkali membawa pergeseran dalam prioritas kebijakan luar negeri. Anwar (2020) menjelaskan bahwa setiap presiden cenderung membawa penekanan yang berbeda dalam politik luar negeri, yang kadang-kadang mengorbankan kontinuitas kebijakan. 

Hal ini dapat dilihat dari perbedaan pendekatan antara era Susilo Bambang Yudhoyono yang menekankan "thousand friends, zero enemy" dengan era Joko Widodo yang lebih berfokus pada diplomasi ekonomi.

Dinamika Hubungan dengan Kekuatan Besar

Pasca-reformasi, Indonesia juga harus menavigasi hubungannya dengan kekuatan-kekuatan besar dalam konteks persaingan geopolitik yang semakin intens. Khususnya, kebangkitan China dan persaingannya dengan Amerika Serikat telah menjadi faktor penting dalam kalkulasi politik luar negeri Indonesia. 

Menurut Emmers (2014), Indonesia mengadopsi pendekatan hedging, berusaha memaksimalkan keuntungan ekonomi dari hubungan dengan China sambil tetap mempertahankan hubungan keamanan yang kuat dengan AS. Strategi ini tercermin dalam kebijakan "bebas-aktif" yang terus dipertahankan Indonesia. 

Weatherbee (2016) menguraikan bahwa prinsip bebas-aktif semakin ditantang oleh realitas geopolitik kontemporer yang menuntut posisi yang lebih jelas. Tantangan ini semakin terlihat dalam isu-isu seperti Laut China Selatan dan Indo-Pasifik, di mana Indonesia harus berhati-hati menjaga keseimbangan antara berbagai kepentingan.

Isu-isu Non-tradisional dan Soft Power

Era reformasi juga ditandai dengan meningkatnya perhatian Indonesia terhadap isu-isu keamanan non-tradisional. Perubahan iklim, terorisme, dan pandemi global menjadi fokus penting dalam agenda kebijakan luar negeri Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun