Contohnya adalah Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi yang berusia 37 tahun saat terpilih, atau Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin yang terpilih di usia 28 tahun. Contoh lain dapat ditambahkan beserta prestasi masing-masing.Â
Para pemimpin muda ini dinilai membawa gaya kepemimpinan yang lebih dinamis, melek teknologi, dan responsif terhadap aspirasi generasi milenial dan Gen Z. Mereka juga dianggap lebih berani melakukan terobosan dan inovasi dalam pelayanan publik.
Namun demikian, usia muda bukan jaminan keberhasilan. Ada juga kasus kepala daerah muda yang tersandung masalah hukum atau dinilai kurang berpengalaman dalam mengelola birokrasi. Ini menunjukkan bahwa faktor integritas, kapasitas, dan visi tetap menjadi hal krusial terlepas dari usia pemimpin.
Dalam konteks potensi majunya Kaesang di Pilgub Jawa Tengah, masyarakat perlu menilai secara kritis kualifikasi dan visi yang ditawarkan. Latar belakang sebagai pengusaha muda dan aktivis sosial perlu dipertimbangkan, namun juga harus diimbangi dengan kesiapan dalam memahami kompleksitas permasalahan di Jawa Tengah.
Pilgub Jawa Tengah 2024 dapat menjadi momentum untuk mendorong lahirnya pemimpin muda yang berkualitas. Meski begitu, pemilih juga harus cermat agar tidak terjebak pada politik identitas atau sekedar memilih berdasarkan ketokohan keluarga.Â
Yang terpenting adalah bagaimana calon pemimpin, terlepas dari usianya, mampu menawarkan visi dan program konkret untuk memajukan Jawa Tengah. Isu-isu seperti pengentasan kemiskinan, pemerataan pembangunan, peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, serta pemberdayaan UMKM harus menjadi fokus utama.
Ke depan, fenomena kepala daerah muda seperti yang tercermin dalam potensi majunya Kaesang, perlu disikapi secara proporsional.Â
Di satu sisi, ini adalah peluang untuk mendorong regenerasi kepemimpinan dan membawa ide-ide segar. Namun di sisi lain, masyarakat juga harus tetap kritis dan tidak mudah terpesona oleh ketokohan semata.
Yang diperlukan adalah figur pemimpin yang memiliki integritas, kapasitas, dan visi yang jelas untuk memajukan daerah. Usia muda bisa menjadi nilai tambah, namun bukan faktor penentu utama.Â
Masyarakat Jawa Tengah dan daerah lain di Indonesia harus cerdas dalam memilih pemimpin yang benar-benar mampu membawa perubahan positif dan menjawab kebutuhan rakyat.
Dengan demikian, era kepala daerah muda yang kini mewarnai lanskap politik Indonesia dapat menjadi katalis bagi lahirnya kepemimpinan yang lebih baik.Â