Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Eropa: Panggung Kontestasi Hegemoni dan Identitas

24 Juni 2024   17:13 Diperbarui: 24 Juni 2024   17:14 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Kebesaran Eropa' atau 'Kejayaan Sepakbola' menjadi penanda kosong (empty signifier) yang diperebutkan oleh berbagai negara. Setiap negara berusaha mengisi signifier ini dengan makna yang menguntungkan narasi nasional mereka. 

Jerman mungkin melihat keberhasilan di Piala Eropa sebagai bukti efisiensi dan kekuatan organisasi mereka. Lalu, Spanyol menafsirkannya sebagai ekspresi dari kreativitas dan gairah Latin mereka. 

Namun, bukankah kebesaran sejati justru terletak pada kemampuan untuk mengakui keindahan dalam keberagaman? 

Piala Eropa ternyata menghadirkan paradoksnya sendiri. Ada momen-momen di mana identitas Eropa yang lebih luas dapat dirayakan, namun juga momen-momen di mana perbedaan nasional dipertegas. 

Kontestasi hegemoni dalam Piala Eropa juga tercermin dalam pertarungan gaya permainan. Dominasi sebuah gaya permainan tertentu dapat dilihat sebagai bentuk hegemoni kultural. 

Goldblatt (2007) melihatnya sebagai pertarungan ideologis. Keberhasilan tiki-taka Spanyol bukan hanya kemenangan teknis, tetapi juga kemenangan ideologis tentang bagaimana sepakbola seharusnya dimainkan. 

Namun, seperti dalam kehidupan, tidak ada yang abadi dalam sepakbola. Hegemoni selalu bersifat sementara dan dapat ditantang.

Aspek lain dari kontestasi hegemoni di Piala Eropa adalah perebutan narasi sejarah. Negara-negara dengan tradisi sepakbola yang kuat sering kali menggunakan sejarah mereka untuk melegitimasi klaim mereka atas supremasi sepakbola Eropa. 

Seperti yang diajarkan oleh Laclau, sejarah selalu merupakan konstruksi yang bisa dipertanyakan dan direinterpretasi. Szymanski (2018) mengingatkan bahwa sejarah sepakbola Eropa bukanlah narasi linear tentang kemajuan, tetapi serangkaian kontestasi dan negosiasi yang terus berlangsung hingga kini.

Lebih lanjut, kontestasi hegemoni di Piala Eropa juga tercermin dalam pertarungan ekonomi dan politik. Kesuksesan dalam turnamen ini sering kali diterjemahkan ke dalam soft power dan pengaruh ekonomi. 

Keberhasilan dalam mega-event olahraga, seperti Piala Eropa, dapat meningkatkan citra nasional dan daya tarik ekonomi suatu negara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun