Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peran Perempuan dalam Transisi Energi Lokal yang Berkeadilan

16 Juni 2024   21:18 Diperbarui: 16 Juni 2024   21:27 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
encrypted-tbn0.gstatic.com

Isu Keadilan

Transisi energi adil harus memastikan aksesibilitas, keterjangkauan, dan manfaat yang merata bagi semua lapisan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti perempuan. Kebijakan dan proyek energi terbarukan perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap perempuan, seperti beban kerja, kesehatan, dan akses terhadap sumber daya.

Pelibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan terkait energi juga menjadi kunci dalam mewujudkan transisi yang adil. Perempuan harus diberi ruang untuk menyuarakan kebutuhan dan aspirasinya dalam perencanaan dan implementasi proyek energi terbarukan.

Selanjutnya, peran perempuan lintas-negara (transnasional). Interaksi perempuan dalam transisi energi adil tidak terbatas di lingkup domestik dan komunitas. Perempuan juga perlu mengembangkan interaksi antar-negara.

Contoh menariknya adalah Aksi Global Perempuan untuk Keadilan Iklim. Perempuan di Asia melakukan aksi Pedal untuk Rakyat dan Planet (Women Pedal for People and Planet) pada Maret 2023. Aksi itu sebagai bentuk perlawanan terhadap krisis iklim yang berdampak pada kehidupan manusia dan ekologi. 

Aksi itu diadakan serentak di enam negara, yaitu Indonesia, India, Pakistan, Nepal, Vietnam, dan Filipina. Melalui aksi mengayuh ini, perempuan berinisiatif menguatkan kesadaran publik terkait perubahan iklim, termasuk keterkaitannya dengan pangan dan energi.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa perempuan di dunia mengalami dampak yang lebih buruk akibat perubahan iklim. Perubahan iklim memperberat beban perempuan karena peran domestik yang dilekatkan pada perempuan, yang turut menyebabkan perempuan lekat dengan alam, serta memiliki pengetahuan dan pengalaman yang khas.

Aktivisme perempuan dalam transsi energi adil perlu dilihat melalui perspektif berbeda. Dalam perspektif Hubungan Internasional, isu transisi energi yang berkeadilan bagi perempuan dapat ditinjau dari teori-teori hijau dan feminisme. Kedua perspektif ini saling melengkapi dalam mendorong transisi energi yang adil dan responsif gender. 

Teori Hijau memberikan perhatian pada pentingnya keadilan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, serta mempertimbangkan dampak terhadap kelompok marjinal, termasuk perempuan. 

Sementara itu, teori Feminisme fokus pada advokasi kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam isu-isu global, termasuk dalam transisi energi. Feminisme mendoronh agar suara dan pengalaman perempuan didengar dan diakomodasi dalam proses transisi energi, serta memastikan akses yang setara terhadap manfaat dari energi terbarukan.

Transisi energi menuju sumber terbarukan merupakan langkah penting dalam memerangi perubahan iklim. Namun, proses ini harus dilakukan secara adil dan inklusif, terutama bagi kelompok rentan, seperti perempuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun