Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Meningkatkan Partisipasi Perempuan dalam Diplomasi Energi Global

13 Juni 2024   23:45 Diperbarui: 14 Juni 2024   00:04 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQjDGcgPLM04lsag3TWnMEf4LoXzPlrFoRhvGdaBQK5PQmGaUqYNlwwqJLp&s=10

Lembaga-lembaga pendidikan juga memainkan peran penting dalam mengatasi tantangan budaya dan sosial ini. Mereka dapat berkontribusi dengan mengintegrasikan perspektif gender dalam kurikulum dan program studi terkait energi, serta mendorong partisipasi perempuan dalam bidang-bidang ini sejak dini.

Dengan memperkenalkan isu-isu energi dan diplomasi kepada mahasiswi sejak awal, lembaga-lembaga itu dapat menginspirasi dan mempersiapkan mereka untuk terlibat dalam upaya-upaya transisi energi global (Marquez, 2022).

Di samping itu, organisasi-organisasi masyarakat sipil dan kelompok advokasi perempuan juga memiliki peran penting dalam mengkampanyekan partisipasi perempuan dalam diplomasi energi. Mereka dapat menjadi suara bagi perempuan dan mendorong perubahan kebijakan yang lebih inklusif.

Pada 2016, sekitar 190 pihak telah menandatangani Paris Agreement sebagai wujud kerja sama mengantisipasi perubahan iklim. Mereka juga mendorong investasi untuk pembangunan rendah karbon yang berkelanjutan. Sebagai salah satu pihak, Indonesia berkomitmen yang kuat dalam memerangi perubahan iklim dengan secara bertahap.

Oxfam, misalnya, menegaskan urgensi transisi energi adil. Lebih lanjut, Oxfam mengharapkan masyarakat ---khususnya perempuan--- mendapatkan kompensasi yang adil atas kerugian yang diakibatkan oleh proyek-proyek energi atau kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim.

Direktur Eksekutif Jaringan Perempuan untuk Energi Berkelanjutan (WeSENet), Maria Gonzalez (2023) menjelaskan upaya mendorong organisasi-organisasi energi internasional untuk memprioritaskan kesetaraan gender dan melibatkan lebih banyak perempuan dalam proses pengambilan keputusan terkait energi.

Mengatasi tantangan budaya dan sosial yang menghalangi partisipasi perempuan dalam diplomasi energi global bukanlah tugas yang mudah. Namun, upaya ini sangat penting untuk memastikan bahwa transisi energi yang kita upayakan benar-benar inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Dengan melibatkan perspektif dan suara perempuan dalam diplomasi energi, kita dapat memastikan bahwa kebutuhan dan prioritas seluruh lapisan masyarakat (termasuk perempuan) dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan. Hanya dengan demikian, kita dapat mencapai transisi energi yang benar-benar transformatif dan membawa manfaat bagi semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun