Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Globalisasi Digital: Starlink dan Wujud Nyata Tol Langit di Indonesia?

28 Mei 2024   10:56 Diperbarui: 28 Mei 2024   12:22 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSuloNm4gLc1HeCTzgNIZ0qHjBX8OoBv35GSg&usqp=CAU

Akibat selanjutnya adalah munculnya fenomena baru, yaitu information rich and information poor. Kemajuan TIK melalui infrastruktur digital telah membentuk struktur masyarakat yang berkelimpahan informasi dan yang mengalami kelangkaan informasi.

Kenyataan itu dialami masyarakat Indonesia ketika infrastruktur digital berkelimpahan di daerah-daerah perkotaan semata. Walaupun kepemilikan handphone berjejaring internet mengalami peningkatan signifikan, namun isu pemerataan akses digital tetap menjadi persoalan.

Sementara itu, program nasional penyediaan BTS malah dikorupsi besar-besaran oleh penjabat kementerian dan pemangku kepentingan terkait. Rencana pemancangan BTS di daerah-daerah terpencil terhambat, sehingga masalah penyediaan akses digital tampaknya batal dipenuhi.

Melalui jaringan satelit Starlink, pemerintah Indonesia tampaknya telah berketetapan mengatasi jurang digital secepat mungkin. Starlink diyakini menawarkan solusi internet berkecepatan tinggi yang dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang selama ini sulit diakses oleh infrastruktur broadband konvensional di Indonesia.

Kehadiran Starlink di Indonesia diharapkan dapat mempercepat pemerataan akses internet dan pembangunan infrastruktur digital di seluruh wilayah Indonesia. Akses internet yang lebih luas dan merata dapat membuka pintu bagi masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital, mendapatkan akses terhadap pendidikan online, layanan kesehatan, dan informasi terkini. 

Pippa Norris (2001), seorang ahli politik, mengungkapkan potensi TIK untuk memperkuat partisipasi politik dan sosial, serta mendorong pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara berkembang.

Tantangan
Namun, integrasi teknologi baru ke dalam masyarakat tidak selalu berjalan mulus. Ada beberapa tantangan dan potensi dampak negatif yang perlu diantisipasi. Pertama, adopsi teknologi baru sering kali diikuti oleh munculnya jurang digital baru. 

Teknologi itu membuat sebagian masyarakat mengadopsi teknologi lebih cepat daripada yang lain (van Dijk, 2006). Oleh karena itu, proses digitalisasi di daerah pedesaan harus dipastikan dibarengi dengan upaya literasi digital dan pemberdayaan masyarakat.

Tantangan kedua, keamanan data dan privasi menjadi perhatian utama dalam era digital masa kini. Keamanan data dan privasi membutuhkan kerjasama internasional (Schneier, 2015). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu memastikan adanya kerangka hukum dan regulasi yang kuat untuk melindungi data pribadi masyarakat dalam era digital yang serba terhubung ini.

Ketiga adalah tantangan mengenai kedaulatan digital. Peresmian layanan Starlin dilakukan di salah satu puskesmas di Denpasar, Bali, dan dihadiri langsung oleh Elon Musk. 

Peristiwa itu menjadi penegasan dimulainya persaingan Starlink dengan penyedia jasa internet dalam negeri. Seiring dengan itu, isu  kedaulatan digital juga mulai berembus di berbagai media massa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun