Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Memberdayakan Lansia di Dunia Kerja?

6 Mei 2024   00:21 Diperbarui: 6 Mei 2024   15:06 1723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-lansia pekerja. (Freepik)

Dalam masyarakat yang semakin menua, partisipasi anggota masyarakat lanjut usia (lansia) dalam dunia kerja menjadi topik yang menarik perhatian. 

Baru-baru ini, Boga Group, sebuah perusahaan yang menaungi sejumlah merek kuliner di Indonesia, membuka lowongan kerja khusus untuk para lanjut usia atau mereka yang berusia 60 tahun ke atas. 

Langkah ini menjadi angin segar di tengah stigma yang masih memandang lansia sebagai kelompok yang tidak lagi produktif. Menurut Boga Group, saat ini banyak lansia yang masih produktif dan kompeten meski telah memasuki usia senja. 

Perusahaan ini membuka lowongan untuk posisi "Server", yaitu staf yang bertugas menerima pesanan hingga menyajikan hidangan kepada pelanggan. Tentunya dengan senyum ramah dan ketulusan dalam melayani. Ini menunjukkan bahwa usia bukanlah halangan untuk tetap aktif dan berkontribusi. 

Pengalaman Negara Lain

Fenomena memberdayakan lansia di dunia kerja ternyata juga terjadi di negara-negara lain. Di Jepang misalnya, perusahaan ritel Aeon mengoperasikan gerai-gerai khusus yang sebagian besar karyawannya adalah lansia. 

Konon, gerai Aeon memiliki sekitar 40% karyawan berusia di atas 60 tahun dan 10% berusia di atas 70 tahun. Para lansia ini ternyata juga dapat diandalkan, teliti, dan memberikan pelayanan terbaik.

Sementara itu di Inggris, pemerintah memiliki skema "Fuller Working Lives" yang mendorong perusahaan untuk mempekerjakan dan mempertahankan karyawan yang lebih tua. B&Q, misalnya, perusahaan ritel bahan bangunan dan perlengkapan rumah tangga, secara aktif merekrut karyawan berusia di atas 50 tahun. 

Mereka bahkan memiliki karyawan tertua yang berusia 96 tahun. B&Q meyakini bahwa karyawan senior membawa keterampilan, pengalaman, etos kerja, dan loyalitas yang berharga bagi perusahaan.

dok bkkbn.go.id
dok bkkbn.go.id

Praktik serupa juga diadopsi oleh perusahaan McDonald's di Amerika Serikat. Gerai-gerai McDonald's kini semakin banyak mempekerjakan lansia sebagai kasir, penyaji makanan, hingga manajer. 

Menurut juru bicara McDonald's, karyawan senior umumnya lebih stabil, dapat diandalkan, dan memiliki keterampilan interpersonal yang kuat. Mereka juga cenderung lebih puas dengan pekerjaannya.

Memberdayakan lansia di dunia kerja bukan hanya soal mengakomodasi kebutuhan finansial mereka. Lebih dari itu, ini adalah upaya untuk menghargai keberadaan, potensi, dan kontribusi mereka dalam masyarakat. 

Jepang, misalnya, akan memiliki 60% penduduk berusia lebih dari 65 tahun dalam 25 tahun ke depan. Akibatnya, negara itu akan kekurangan tenaga kerja hampir 8,5 juta orang. Kondisi itu memaksa beberapa perusahaan mempekerjakan penduduk lansia di bagian-bagian tertentu.

Penduduk lansia dianggap menjadi solusi kekurangan pekerja. Bagi para lansia, dengan tetap aktif dan merasa dibutuhkan, mereka dapat menjaga kesehatan fisik dan mental. Mereka juga dapat mengurangi risiko depresi dan demensia, serta mempertahankan jaringan sosial yang lebih luas.

Mempekerjakan lansia tentunya perlu mempertimbangkan kapasitas dan kondisi masing-masing individu. Perusahaan perlu menyediakan lingkungan dan fasilitas kerja yang akomodatif, misalnya dengan menyesuaikan jam kerja, memberikan istirahat yang cukup, serta memastikan aksesibilitas dan keselamatan kerja. 

Pelatihan dan pendampingan juga diperlukan untuk membantu lansia beradaptasi dengan tempat kerjanya. Apalagi perkembangan teknologi dan tuntutan bidang pekerjaan baru menjadikan para lansia semakin diperlukan.

Inisiatif Boga Group perlu diapresiasi dan diikuti oleh lebih banyak perusahaan di Indonesia. Dengan populasi lansia yang terus bertambah, kita perlu mengubah cara pandang terhadap usia dan produktivitas. 

Meski demikian, peluang kerja bagi lansia ini tidak kemudian menjadi sebuah keharusan. Sebaliknya, peluang ini menjadi pilihan menarik bagi pencari kerja. 

Satu isu penting perlu mendapat perhatian, yaitu kesehatan para lansia. Pemberdayaan lansia diharapkan memberikan peluang positif ketimbang persoalan.

Kritik atau penolakan terhadap lansia yang bekerja tentu saja ada dan, malah, bisa menjadi kontroversi di tengah masyarakat. Kritik itu perlu menjadi sarana antisipasi dan monitoring bagi keselamatan kerja para lansia, misalnya.

Langkah Boga Group dan, mungkin, banyak perusahaan atau lembaga-lembaga lainnya menegaskan bahwa lansia bukan beban. Lansia dapat menjadi aset berharga dengan segudang pengalaman dan kearifan. 

Memberikan kesempatan kerja bagi mereka adalah wujud penghargaan atas kontribusi mereka selama ini, sekaligus memanfaatkan potensi yang masih mereka miliki.

Pada akhirnya, memberdayakan lansia di dunia kerja tidak hanya bermanfaat bagi para lansia itu sendiri, tetapi juga bagi perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan. 

Ini adalah langkah menuju masyarakat yang lebih inklusif dan saling menghargai agar semakin banyak lansia yang bisa tetap aktif, produktif, dan bahagia di usia senja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun