Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Nasionalisme Teknologi dalam Rivalitas AS-China

6 Mei 2024   18:13 Diperbarui: 7 Mei 2024   12:19 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fragmentasi 

Kebangkitan techno-nationalism dapat berpotensi memicu fragmentasi lebih lanjut dari tatanan global yang selama ini semakin terintegrasi ke dalam globalisasi. Menurut Anthea Roberts dan Nicolas Lamp (2021), dunia saat ini sedang bergerak menuju "spheres of influence." 

Negara-negara besar tidak bisa disangkal telah berusaha membentuk tata aturan dan institusi di tingkat regional maupun global. Aturan main itu seringkali secara tidak disadari selaras dengan nilai-nilai dan kepentingan mereka masing-masing. 

Rivalitas teknologi antara AS dan China berpotensi untuk semakin mempercepat tren ini. Globalisasi yang digadang-gadang menyatukan kepentingan berbagai negara di dunia ini ternyata berpotensi memecah-mecah demi kepentingan nasional.

Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, situasi ini menimbulkan dilema yang cukup pelik. Di satu sisi, akses ke teknologi canggih dari berbagai sumber menjadi sangat penting bagi pembangunan dan kemajuan ekonomi mereka. 

Namun di sisi lain, meningkatnya ketegangan antara AS dan China menciptakan tekanan bagi negara-negara lain untuk mendekat kepada salah satu pihak. Kenyataan bahwa kedekatan itu tidak lagi sekaku seperti pada masa Perang Dingin juga perlu menjadi perhatian. 

Oleh karena itu, negara-negara berkembang perlu secara hati-hati menavigasi rivalitas antar kekuatan besar ini sembari tetap berupaya memajukan kepentingan nasional mereka sendiri.

Resiko

Techno-nationalism sendiri bukanlah fenomena yang unik bagi AS dan China saja. Berbagai negara lain juga menerapkan kebijakan-kebijakan serupa untuk meningkatkan kemandirian dan daya saing teknologi mereka. 

Uni Eropa, misalnya, mengusulkan European Chips Act pada tahun 2022 untuk memperkuat kapasitas produksi, penelitian, dan inovasi di sektor semikonduktor (European Commission, 2022).

Jepang juga meluncurkan Moonshot Research and Development Program. Program ini memberikan dana sebesar ¥100 miliar untuk mencapai terobosan di bidang kecerdasan buatan, kuantum, dan bioteknologi (Cabinet Office, Japan, 2020). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun