Selain itu, pertemuan antara ASEAN dan China cenderung bersifat formal-normatif mengenai perdamaian di Laut China Selatan. Akibatnya, tata kelola kawasan Laut China Selatan lebih tergantung kepada kebijakan China semata.
Walaupun Filipina, dan bahkan negara-negara lainnya yang berkonflik, menuntut penghentian kekerasan maritim ke pada pemerintah China, praktik-praktik provokasi angkatan laut China diperkirakan tetap berlangsung.Â
Lebih lanjut, ketika insiden antara Filipina-China terjadi beberapa minggu yang lalu, ke-40 negara di Indo-Pasifik ternyata tidak memberikan perhatian secukupnya. Akibatnya, Laut China Selatan berada pada situasi status quo yang bisa berubah secara tidak terduga.Â
Berbagai negara perlu memikirkan alternatif strategi agar China mau menerapkan AOIP dalam tata kelola maritim di kawasan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H