Mohon tunggu...
Ludiro Madu
Ludiro Madu Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN 'Veteran' Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Rusia-Ukraina Dalam Perang Wacana?

24 Maret 2024   00:00 Diperbarui: 24 Maret 2024   00:24 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok AP Photo via jurnalpatrolinews.co.id

Perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada Februari 2022 telah menjadi tragedi kemanusiaan dengan konsekuensi global yang signifikan. Namun demikian, perang ini juga dapat dianggap sebagai perang wacana.

Esai ini memakai pendekatan post-strukturalis yang menolak gagasan adanya kebenaran tunggal dan universal. Pendekatan ini juga menekankan pada bagaimana bahasa, wacana, dan identitas berperan dalam membentuk pemahaman kita tentang realitas (Foucault, 1972). 

Dengan pendekatan ini, kita bisa melihat perang Rusia-Ukraina bukan hanya sebagai pertarungan teritorial, tetapi sebagai arena di mana identitas, kekuasaan, dan legitimasi dikonstruksi dan diperdebatkan.

Narasi Dominan dan Hegemoni
Pendekatan post-strukturalisme, seperti yang diutarakan oleh Richard Ashley, menantang asumsi positivisme dalam studi Hubungan Internasional (HI). Fokus post-strukturalisme adalah realitas yang intersubjektif dan terkonstruksi.

Dalam konteks perang Rusia-Ukraina, narasi dominan yang dikonstruksikan oleh kedua belah pihak memainkan peran penting dalam membentuk realitas dan melegitimasi tindakan mereka.

Rusia, misalnya, mempromosikan narasi yang menggambarkan Ukraina sebagai negara boneka Barat. Keinginan Ukraina menjadi anggota NATO dianggap Rusia mengancam keamanan nasionalnya. Narasi ini, seperti yang diutarakan oleh Putin, bertujuan untuk membangun legitimasi publik terhadap intervensi militer di Ukraina dan mengklaim wilayahnya sebagai bagian dari "ruang lingkup pengaruh" (sphere of influence) Rusia.

Sebaliknya, Ukraina dan sekutu Baratnyq membangun narasi yang berbeda. Mereka menggambarkan Rusia sebagai agresor yang melanggar hukum internasional dan mengancam stabilitas regional. 

Melalui narasi itu, Presiden Ukraina, Zelensky, ingin memobilisasi dukungan domestik dan internasional, mengutuk tindakan Rusia, dan mendapatkan bantuan militer dan ekonomi.

Pertarungan wacana kedua pihak mengenai perang itu telah membenarkan tindakan masing-masing pihak. Bagi negara-negara lain, wacana dari masing-masing pihak itu akan menentukan sikap negara-negara itu untuk mendukung atau menolak pihak-pihak yang berkonflik.

Propaganda dan Manipulasi
Selain itu, kedua belah pihak menggunakan propaganda sebagai alat untuk menyebarkan narasi dan memanipulasi opini publik. Propaganda ini dapat berupa berita palsu, manipulasi gambar, dan ujaran kebencian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun