Pendekatan Marxis menekankan perlunya perubahan struktural mendasar dalam sistem ekonomi dan politik global untuk mengatasi ketergantungan dan ketimpangan. Gerakan-gerakan sosial dan pemerintah progresif di negara-negara berkembang telah secara kritis menantang kebijakan-kebijakan IMF dan Bank Dunia.Â
Gerakan-gerakan itu mulai memperjuangkan alternatif pembangunan yang berpusat pada rakyat (Bond, 2006). Dalam beberapa tahun terakhir, inisiatif-inisiatif baru muncul untuk membangun kerja sama Selatan-Selatan dan lembaga-lembaga keuangan alternatif, seperti Bank Pembangunan Baru (NDB) yang dipimpin oleh negara-negara BRICS dan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang diprakarsai oleh Tiongkok (Prashad, 2019).Â
Selain itu, kritik juga muncul bahwa lembaga-lembaga internasional di negara-negara berkembang masih beroperasi di dalam kerangka kapitalisme global dan belum sepenuhnya menawarkan alternatif yang transformatif (Wainwright, 2020).
Selanjutnya, kita melihat perkembangan menarik. Misalnya, fenomena dedolarisasi. Beberapa negara, termasuk, bahkan bersepakat melakukan transaksi pembayaran dengan mata uang asing atau dedolarisasi.Â
Bahkan krisis pangan atau energi sebagai konsekuensi dari sanksi kepada Rusia yang menyerang Ukraina juga mendorong inisiatif mengurangi ketergantungan pada mekanisme pasar yang kapitalistik. Â
Pendekatan Marxis hanya menawarkan sokusi tunggal untuk mengurangi ketergantungan struktural, yaitu menantang logika imperialisme dan membangun alternatif yang berpihak pada rakyat. Hajya dengan cara itu negara-negara Selatan dapat membebaskan diri dari belenggu ketergantungan dan mencapai pembangunan yang adil dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H