Di samping itu, Indonesia juga mendorong AS dan China untuk menjadi kekuatan positif dalam menciptakan kawasan yang damai dan sejahtera. Presiden Joko Widodo juga secara konsisten menekankan pentingnya sentralitas ASEAN dalam arsitektur regional Indo-Pasifik.
Presiden Jokowi mendorong negara-negara anggota ASEAN untuk bersatu dan mempertahankan relevansi ASEAN di tengah persaingan kekuatan besar. Melalui ASEAN, Indonesia berupaya memperkuat mekanisme kerja sama regional, seperti East Asia Summit (EAS) dan ASEAN Regional Forum (ARF), untuk mempromosikan dialog dan penyelesaian damai atas sengketa di kawasan.
Lebih lanjut, Indonesia terbukti tidak terjebak ke dalam perluasan persaingan kekuasaan antara AS dan Rusia di kawasan Asia Tenggara melalui Keketuaan G20 pada 2022.
Rivalitas AS-China telah menciptakan lingkungan geopolitik yang kompleks bagi Indonesia. Pemerintahan Jokowi telah menerapkan pendekatan diplomasi yang cermat dan strategis untuk memaksimalkan kepentingan nasional Indonesia di tengah persaingan antara kedua kekuatan besar tersebut.
Dengan menggunakan pendekatan Realisme Neoklasikal, kebijakan luar negeri Indonesia dipengaruhi oleh distribusi kekuasaan relatif antara AS dan China, serta faktor-faktor domestik seperti persepsi pemimpin dan institusi negara.
Melalui navigasi cermat dalam diplomasi, pemerintahan Joko Widodo berupaya menyeimbangkan hubungan dengan AS dan China, sambil memperkuat kerja sama ekonomi dan pertahanan-keamanan secara strategis.
Indonesia juga memanfaatkan posisinya di ASEAN untuk mempromosikan stabilitas dan kerja sama di Indo-Pasifik. Indonesia diyakini dapat mempertahankan kepentingan nasionalnya, mengurangi kerentanan terhadap tekanan eksternal, dan berkontribusi pada terciptanya kawasan yang damai dan sejahtera.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI